Menikmati Pesona Keindahan “Si Cantik” Anak Gunung Krakatau
Credit by: Anak Gunung Krakatau (ZK-PIN)

Lampung, PINews.com - Provinsi Lampung mulai banyak dilirik oleh wisatawan lokal, khususnya wisatawan Jabodetabek, Banten, Bandung, dan sekitarnya. Hal ini disebabkan keindahan alam Lampung yang tergolong masih asri dan menawarkan berbagai destinasi wisata yang menarik, mulai dari melihat lumba-lumba di teluk kiluan, snorkling di kawasan pulau pahawang, berselancar di pantai tanjung setia, dan tidak lupa untuk dicatat adalah kawasan gunung krakatau.

Kawasan gunung krakatau mulai menjadi destinasi menarik bagi wisatawan asal ibukota jakarta dan sekitarnya karena biasanya paket wisata yang ditawarkan tidak hanya mendaki gunung anak krakatau tetapi juga melihat keindahan pantai dan surga bawah laut di pulau-pulau terdekat kawasan krakatau.

Dengan budget yang tergolong minim, hanya Rp 330.000, exclude peralatan snokling. Kami memulai petualangan dari Pelabuhan Merak, Banten. Tiket menyebrang dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung adalah Rp 13.000 / orang untuk dewasa dan Rp 8.000 / orang untuk anak-anak.

Jangkar kapal pun dinaikan sekitar pukul 01.30 pagi, kami pun berlayar dari Pelabuhan Merak dan berlabuh di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 05.00 pagi. Selanjutnya, dari Bakauheni, kami menuju dermaga canti, Kalianda, Lampung. Waktu yang ditempuh sekitar 45 menit. Dari dermaga canti, rombongan pun menyewa kapal yang digunakan selama dua hari berpetualang di kawasan krakatau.

Gunung Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 Ha dan merupakan pulau tak berpenghuni. Gunung Anak Krakatau termasuk kedalam kawasan Cagar Alam Krakatau total seluas 13.605 Ha yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Kawasan Cagar Alam Krakatau merupakan situs yang termasuk kedalam World Heritage yang terdiri dari Pulau Rakata (1400 Ha), Pulau Sertung (1060 Ha) dan Pulau Panjang (320 Ha).  Dulunya Cagar Alam Krakatau dikelola oleh Provinsi Banten. Namun sekitar tahun 1996, kawasan Cagar Alam Krakatau diserahkan ke BKSDA Lampung untuk dikelola dan diawasi.

Kami berangkat dari dermaga Canti pukul 08.00 pagi menuju Gunung Anak Krakatau. Perjalanan yang ditempuh dari dermaga canti ke Gunung Anak Krakatau sekitar 90-120 menit. Ombak cukup besar selama perjalanan membuat beberapa orang dalam rombongan mabuk sampai muntah. Namun, berdasarkan informasi guide lokal, rombongan kami tergolong “bersih” dibanding 3 rombongan lainnya di waktu yang bersamaan mengunjungi Gunung Anak Krakatau. Kabar yang cukup menggembirakan. Saran dari saya selama perjalanan menuju anak krakatau, tiduran atau menutup mata anda dan rilekskan badan akan membantu anda tidak merasakan mual.

Kawasan Krakatau sendiri mulai banyak dilirik karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan menawarkan pemandangan yang tidak kalah menarik dibanding Bromo dan Semeru.  Banyak wisatawan yang ingin menjejakkan kakinya untuk melihat lebih dekat anak krakatau, dan mengenal serta menggali informasi dari badan vulkanologi setempat mengenai sejarah mahadahsyatnya letusan krakatau da perkembangan anak krakatau.

Sayangnya wisatawan tidak dapat mendaki sampai puncak anak gunung Krakatau sejak tahun 2011, karena aktivitas anak gunung Krakatau. Ketinggian anak gunung Krakatau saat ini sekitar 450 meter dari permukaan laut (mdpl) sejak kemunculannya pada tahun 1927, atau dengan kata lain estimasi pertumbuhan anak Krakatau sekitar 5-5 meter per tahun. Gunung anak Krakatau akan tumbuh setiap tahun karena masih aktif  dan adanya aktivitas lava di dalam gunung berapi ini.

Dalam pendakian, wisatawan hanya dapat mendaki gunung anak Krakatau sampai ketinggian 200 meter yang dapat ditempuh sekitar 30-45 menit sampai pos terakhir pendakian. Saat ada pengunjung biasanya akan didampingi petugas dari Balai Konserfasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung.

Editor: Rio