Pilpres Jadi Perhatian Dunia, Indonesia Jadi 'Kartu AS’ Kebijakan Dunia Dimasa Depan
Credit by: Pasangan Prabowo - Hatta dan Jokowi - Kalla (Ist)

Jakarta, PINews.com - Pemilihan Presiden Indonesia akhirnya digelar pada hari ini 9 juli 2014. Seluruh perhatian tidak hanya ditunjukkan oleh media nasional terkait peristiwa bersejarah 5 tahunan bagi bagsa ini, namun juga disorot media-media ternama Internasional. Seperti Reuters dan CNN yang menjadikan pemilihan Presiden di Indonesia sebagai Headline di websitenya.

Mengapa pilpres di Indonesia yang merupakan negara dari dunia ketiga bisa sampai menjadi perhatian masyarakat Internasional? Bahkan beritanya disejajarkan dengan berita hancurnya Brasil di Piala Dunia oleh Jerman ataupun berita tentang ganasnya Israel membombardir pemukiman warga Palestina di Jalur Gaza.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentu Indonesia mempunyai peran strategis dalam penentuan arah kebijakan negara Islam di dunia ataupun negara adidaya lain dalam memperebutkan pengaruhnya. Belum lagi kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah tentu membuat negara lain yang berbisinis dengan Indonesia ingin mengetahui siapa pemimpin Indonesia berikutnya karena akan berpengaruh terhadap kebijakan bisnis  luar negerinya di masa yang akan datang.

Itu dari sisi politik dan  ekonomi luar negeri. Dari sisi figur calon presiden pun tidak kalah penting. Prabowo Subianto dan Joko Widodo adalah figur yang sama-sama mampu menyita perhatian masyarakat dunia.

Prabowo merupakan mantan Jendral Kopassus yang merupakan “artis” lawas panggung perpolitikan tanah air dan sempat disorot habis-habisan karena dugaan keterlibatannya dalam rencana makar saat runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Tidak sampai disitu, Prabowo juga diisukan terlibat dalam pelanggaran HAM dan penculikan yang terjadi saat Timtim lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Namun sejalan dengan waktu yang terus bergulir berbagai tuduhan miring itupun tidak terbukti dan tidak mampu menahan laju Prabowo untuk maju sebagai Calon Presiden Indonesia berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Sementara itu, Joko Widodo yang biasa disapa Jokowi berbanding terbalik dengan Prabowo. Ia merupakan “orang baru” dalam percaturan politik tanah air. Berawal dari jabatannya sebagai Walikota Solo dan juga sempat mencuri perhatian karena prestasinya sebagai Walikota, Jokowi merajut mimpi sebagai ‘RI 1’ dengan hijrah ke Ibu Kota dan menjadi Gubernur Ibu Kota Jakarta. Sukses memenangkan hati masyarakat Jakarta dengan kebijakan-kebijakannya yang dinilai revolusioner membuat pimpinan partai pengusungnya yakni PDIP tidak ragu untuk menunjuknya sebagai Calon Presiden. Meskipun diiringi berbagai cibiran dan hinaan karena dianggap telah melanggar sumpahnya untuk memimpin Jakarta hingga masa jabatannya usai, Jokowi yang menggandeng mantan wakil presiden Jusuf Kalla dengan percaya diri maju di bursa pilpres menantang sang mantan Jendral.

Persaingan keduanya, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Kalla terbilang sanga sengit dan belum pernah ada sebelumnya di dunia politik tanah air. Hal ini dapat dilihat dari lahirnya sebuah fenomena baru sekaligus tidak terpuji, yakni Black Campaign. Sebuah model kampanye yang menghalalkan segala cara terutama dengan menghembuskan isu-isu negatif terhadap masing-masing figur capres menjadi hal yang lumrah bisa kita lihat pada pilpres kali ini. Sungguh sangat menyedihkan mengingat bagsa kita dikenal dunia sebagai bangsa yag santun dan memiliki rasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi.

Akan tetapi kembali waktu yang menjadi pengadil yang paling bisa diterima akal sehat. Semua isu dan berita negatif itu semoga saja hanya sebuah ‘isapan jempol’ yang tidak dianggap masyarakat Indonesia yang memang sudah cerdas dalam berpolitik. Di 9 Juli ini akhirnya kita dipastikan menjadi manusia yang mampu melangkah kedepan dan menjadi bangsa yang disegani karena mampu menjalankan demokrasi dengan elegan tanpa campur tangan kekerasan.

Dengan pilpres ini diharapkan akan lahir seorang pemimpin bangsa yang ikhlas, jujur, tegas serta sederhana dalam menjalankan amanat guna menuntunrakyat menuju kepada kabangkitan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Editor: Rio Indrawan