Pengungsi Gunung Agung Sudah Mencapai 81 Ribu Jiwa
Credit by: Dok. ACT

Jakarta, PINews.com - Status Gunug Agung di Bali telah ditetapkan menjadi Awas. Ini berarti di dalam dapur vulkanik Gunung Agung diperkirakan sedang terjadi puncak dari aktivitas sebuah gunung api. Kabar terakhir yang berhasil dihimpun Tim Aksi Cepat Tanggap dari PVMBG menyatakan, Selasa kemarin (26/9) Gunung Agung sempat mengeluarkan semburan uap air dan asap putih melambung dari puncak kawah setinggi 200 meter.

Uap air ini menandakan bahwa aktivitas magma semakin meningkat. Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Gede Suantika, menyebutkan keluarnya uap air itu adalah indikasi magma sudah semakin ke atas untuk mendobrak katup penutup kepundan yang berada di mulut kawah Gunung Agung.

Selain itu, aktivitas vulkanik yang masif itu pun ditandai dengan semakin banyaknya jumlah kegempaan vulkanik, dengan getaran yang makin kuat dan makin banyak. Pos Pengamatan Gunung Agung melaporkan pada Senin (25/9), gempa vulkanik dangkal jumlahnya mencapai 102 kali, dengan amplitudo 2-4 mm dan durasi 10-15 detik. Gempa tersebut terjadi selama periode pengamatan pukul 24.00 sampai 06.00 WITA.

Meski demikian selama Gunung Agung ditetapkan dalam status Awas sejak beberapa hari kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa hingga Selasa malam kemarin (26/9) belum terdeteksi sama sekali abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Agung.

Kondisi demikian telah menyebabkan gelombang pengungsi meningkat mencapai 81.152 Orang. Tim Aksi Cepat Tanggap yang telah membuka dapur umum untuk membantu para pengungsi. “Data ini didapat dari hitungan Pusdalops BPBD Bali, jumlah pengungsi tercatat menembus angka 81.152 orang yang tersebar di lebih dari 377 titik pengungsi di 9 kabupaten/kota di Bali,” kata pimpinan Tim DERM ACT untuk erupsi Gunung Agung Kusmayadi.

Kusmayadi juga mengatakan pos pengungsian terbanyak berada di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung. “Jumlah pengungsi yang mencapai ribuan jiwa dalam tiap posko membuat kebutuhan logistik sangat-sangat dibutuhkan. Kendala utama di setiap posko pengungsian minim dapur umum dan sarana sanitasi,”terangnya.

Untuk mengantisipasi kebutuhan pengungsi yang tak tercukupi, Tim ACT dibantu lebih dari 40 relawan gabungan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dengan memprioritaskan distribusi logistik ke sejumlah posko pengungsian. “Senin kemarin, distribusi logistik berupa beras, air mineral, popok bayi kita bawa ke Posko Induk Kecamatan Rendang. Lalu peralatan masak dapur umum kita siapkan di Desa Menanga. Sementara itu, distribusi makanan siap saji kita bawa ke Desa Pekraman, Pasuban,” ujar Kusmayadi. Dari Desa Menanga di sebelah Barat Daya Gunung Agung, ACT siapkan dapur umum yang mampu menyiapkan ribuan paket makanan setiap harinya untuk para pengungsi di posko sekitar radius zona merah Gunung Agung.

“Mulai hari Selasa kemarin (26/9) aktivitas dapur umum ACT sudah berjalan efektif. Tiga kali sehari kita siapkan ribuan paket makanan siap saji di dapur umum untuk kebutuhan pengungsi yang diprioritaskan di Posko Balai Banjar, Desa Menanga, Kabupaten Karangasem. Di Pos Balai Banjar, jumlah pengungsi sekitar 500 orang,” kata Kusmayadi.

Kehadiran dapur umum ini setidaknya telah membantu memenuhi kebutuhan makanan dan kebutuhan lainnya dari para pengungsi. Kebutuhan mendesak pengungsi di posko ACT Desa Menanga meliputi logistik beras, alas tidur, selimut, air mineral, air bersih, pakaian dalam, pampers, pembalut, susu, personal hygiene, peralatan dapur umum, dan obat-obatan.

Editor: ES