JAKARTA, PINews – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bertekad untuk menjalankan perannya dalam mendukung target dekarbonisasi dan menjadi lini bisnis masa depan PT Pertamina (Persero). Untuk itu, pertumbuhan bisnis akan ditopang oleh peningkatan investasi hingga US$6,2 miliar pada 2029, arau baik lebih dari delapan kali lipat dari anggaran investasi tahun ini.
"Pertamina memiliki strategi pertumbuhan ganda. Sebagai bagian dari Pertamina, PNRE memperkuat bisnis migas eksisting dan mengembangkan bisnis rendah karbon sebagai penggerak bisnis masa depan. Untuk itu, perusahaan emiliki peran sangat strategis dengan menjadi garda terdepan Pertamina untuk mengembangkan bisnis energi bersih dan bisnis baru," ujar CEO Pertamina NRE, John Anis, saat bertemu dengan media di Jakarta, Kamis (20/6).
Salah satu target yang ingin dicapai Pertamina NRE adalah peningkatan kapasitas terpasang pengembangan pembangkit listrik berbasis energi bersih mencapai 6 Giga Watt (GW) pada 2029. “Target ini sejalan dengan ambisi Pertamina dalam upaya menambah portofolio bisnis energi bersih yang dilakukan oleh anak usahanya, yaitu Pertamina NRE, melalui pilar bisnis rendah karbon, energi terbarukan, dan pengembangan,” kata John Anis.
Menurut dia, target kapasitas 6 GW tersebut akan dikontribusikan dari bisnis gas to power dan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti panas bumi (geothermal), tenaga surya, dan biogas. Hingga semester I-2024, kapasitas terpasang pembangkit Listrik yang dioperasikan Pertamina sudah mencapai sekitar 2,6 GW.
Pertamina NRE juga menetapkan sejumlah target lainnya di 2029, antara lain kredit karbon dipatok terjual 19,2 juta ton setara CO2 pada lima tahun ke depan. Prospek bisnis terseut sangat baik meskipun hingga saat ini masih bersifat sukarela. “Bayangkan jika kredit karbon juga menjadi bisnis yang di-regulated. Prospeknya akan sangat besar,” kata John Anis.
Pada September tahun lalu, Pertamina NRE berhasil menjadi penjual kredit karbon pertama di perdagangan perdana IDX Carbon dengan volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 800 ribu ton setara CO2.
Bisnis masa depan lain yang dibidik adalah hidrogen dan bioetanoal. Pertamina NRE menargetkan produksi hidrogen bersih mencapai 7.000 ton per tahun pada 2029 dan bioethanol mencapai 840 ribu kilo liter. Sedangkan pada bisnis ekosistem baterai dan kendaraan Listrik, Pertamina NRE menargetkan produksi mencapai 51,4 GWh.
“Pada dasarnya semua aspek seperti ketersediaan energi, volume pasokan dan lain-lain dari EBT sudah terpenuhi. Masalahnya hanya pada aspek keekonomian dimana energi bersih ini masih mahal. Maka, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mencari teknologi dan inovasi yang memungkinkan harga energi ini semakin murah,” tutur John Anis.
Untuk memantapkan kinerja perusahaan, pada tahun ini Pertamina NRE fokus dengan beberapa inisiatif prioritas. Antara lain pengembangan bisnis bioethanol untuk mendukung peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati di Indonesia yang bekerjasama dengan Pertamina Patra Niaga, pengembangan area geothermal Lumut Balai 2 sebesar 55 MW, pengembangan bisnis geothermal di luar negeri, bisnis karbon, dan hidrogen untuk bahan bakar kendaraan (hydrogen for mobility).
Kinerja 2023
Pertamina NRE menunjukkan pertumbuhan bisnis yang cukup baik. Pada 2023, Pertamina NRE membukukan peningkatan pendapatan sebesar 6% dibandingkan tahun 2022, yaitu menjadi US$411,5 juta.
Sedangkan EBITDA dan laba bersih berturut-turut mencapai sebesar US$331,77 juta dan US$146,60 juta, atau naik sebesar 11% dan 24% dibandingkan tahun 2022. "Saya sangat mengapresiasi kerja keras seluruh keluarga besar Pertamina NRE sehingga di 2023 Pertamina NRE berhasil membukukan kinerja yang positif. Dengan amanah yang dipercayakan kepada Pertamina NRE untuk memimpin transisi energi di Pertamina Group, tantangan yang kami hadapi tidak mudah," ungkap John Anis.
Pada aspek operasional, pada 2023 Pertamina NRE berhasil meningkatkan produksi listrik menjadi 5.452 GWh, atau meningkat sebesar 17% dibandingkan tahun 2022. Kenaikan tersebut dikontribusikan dari berbagai jenis pembangkitan, antara lain gas to power, geothermal, solar dan biogas.
Pembangkit listrik yang dioperasikan Pertamina NRE juga menunjukkan keandalan yang baik. Hal ini ditunjukkan dari equivalent availability factor (EAF) mencapai 97,2% dari target 89,37% dan equivalent forced outage rate (EFOR) hanya 0,21%, atau jauh di bawah batas toleransi yang ditetapkan sebesar 2,43%.
Kinerja operasional ini juga didukung oleh kinerja HSSE yang baik. Total jam kerja selamat mencapai 18.518.447 dan tanpa fatalitas. “Aspek keamanan akan terus menjadi prioritas perusahaan,” kata John Anis.
- Danrem Dikuasai Kolonel Angkatan 1990-an, Anak Try Sutrisno dan Menantu Luhut Bersaing Jadi Jenderal
- Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi
- Kursi Jenderal untuk Jebolan Akademi TNI 1993
- Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta orang
- Bintang Terang Alumni Akmil 1989
INDRAMAYU ,PINews.com - Penyandang disabilitas di Indramayu ternyata jumlahnya ribuan. Pada 2022, me