akarta-PINews.com- “Percaya diri adalah kunci kesuksesan,” demikian pepatah Arab menyebutkan. Meski secara fisik memiliki kendala, tetapi semangat dan kemauan untuk meningkatkan kualitas diri tak pernah terbatas. Bahkan ketika pandemi membatasi aktivitas masyarakat, tidak mampu mengekang semangat mereka untuk belajar melalui daring. Itulah kondisi yang dialami enam siswa dari kelompok tulis Gresik (Kotugres) sebuah kelompok binaan Pertagas dengan anggota yang memiliki keterbatasan fisik (Difabel). Setelah menjalani pelatihan selama tiga bulan, bersama Esmod Jakarta, di akhir pelatihan, mereka diberi tugas memebuat desain fesyen. Ternyata, mereka mampu menghasilkan karya fasyen bercitarasa tinggi.
Innik Hikmatin, Kepala UPT RC Gresik, yang menjadi Pembina Kotugres tampak berkaca-kaca ketika salah seorang siwa pelatihan fesyen, memperlihatkan karyanya kepada pengajar ESMOD yang berada di seberang melalui fasilitas meeting online. Tiga bulan lalu, anak-anak binaaanya masih belum memiliki kemampuan seperti sekarang ini. Mereka mungkin bisa menjahit, tetapi bagaimana mendesain sebuah produk dengan pendekatan dan konsep sebagaimana seorang fesyen designer, masih sangat jauh.
Kini, di depan matanya, ia melihat sebuah kepercayaan diri, sebuah kebangggaan yang diperlihatkan oleh anak-anak yang sudah dianggap anaknyanya sendiri itu, yang tinggal dan hidup bersama dirinya sejak mereka masih sangat kecil.Ia membiarkan air mata jatuh ke pipinya, sebuah tanda bahagia, sebuah pencapaian yang tidak bisa terkira oleh apapun jua, kecuali air mata kebahagiaan.
Saat pertemuan dengan media beberapa wakyu, Innik tampak bersemangat menceritakan bagaimana proress anak-anak asuhnya itu, selama mengikuti kegiatan belajar fesyen. Meski tidak dapat bertatap muka langsung karena kondisi covid sehingga proses belajar melalui daring, tak sedikitpun melunturkan semangat anak-anak Kortugres.
“Alhamdulillah, mereka senang dan sudah mulai menentukan minat dan keinginan mereka ke depan,” demikian ceritanya kala itu.
Secara umum, Innik bersyukur bahwa kegiatan pelatihan berjalan dengan baik, meski kegiatan melalui daring ini menjadi pengalaman pertama bagi para peserta dari Kortugres. “Kami terus berusaha menggali potensi peserta yang ada. Ini adalah bagian dari persiapan bekal kemandirian bagi para penyandang difabel tuli, agar mereka bersiap mandiri,” ungkap dia.
Sebuah perasaan yang tidak berbeda juga diperlihatkan Truly Hutagalung, Guru ESMOD Jakarta, yang selama tiga bulan, sejak Juli sampai Oktober 2020, menemani enam anggota Kortugres, belajar fesyen dan bisnis mode. Bukan soal mudah tentu saja bagi Truly. Selain karena pesertanya adalah mereka dengan keterbatasan fisik, proses dan kegiatan pengjaran, dilakukan melalui daring dan dibantu oleh penerjemah.
“Meski pelatihan sebagian besar lewat daring anak-anak pintar sekali, semua nempel dan diaplikasikan,” ujar Truly Hutagalung, tak mampu menyembunyikan rasa harunya.
Menurut Truly, para peserta Kortugres memiliki potensi yang sanngat besar, baik untuk fesyen maupun bisnis mode. Dari beberapa pesreta memang terlihat mengalami perkembangan yang menggembirakan, hasil yang karyanya juga menakjubkan.
Para guru dari Esmod Jakarta, mampu mendeliver materi dengan baik, melalui bantuan penerjemah isyarat, sehingga mampu diterima dan dipahami oleh peserta. Dalam kegiatan tersebut, melibatkan dua penerjemah israyat., baik dari sisi peserta di Kortugres juga para pengajar di Esmod Jakarta. Pilihan dua penerjemah ini, agar bisa saling melengkapi.
“Sangat challenging bagi kami. Ini yang pertama kali, tapi bersyukur selalu ada solusi untuk mengatasi kendala yang ada,” ujar Supervisor Sales Ambassador ESMOD Jakarta Theresia Nastiti.
Esmod, kata Theresia, bersyukur pihak Pertagas memberi kesempatan kepada perusahaannya untuk ikut serta berkontrubisi dalam pengembangan kemampuan diri anggota Kotugres. “Ini sekaligus menjadi tantangan bagi kami untuk bisa menciptakan pelatihan di bidang fashion terhadap semua kalangan, termasuk teman-teman difabel,” ujarnya.
Pada akhir kegiatan pelatihan, selain mempresentasikan karya berupa desain dan produk jadi, mereka juga diminta mempresentasikan aspek bisnis dari produk yang dihasilkan. “Kami ingin teman-teman Kotugres memiliki sense of business juga. Memilih materi produksi, menghitung biaya produksi hingga menentukan harga ritel terbaik dari produk mereka nantinya,” ujar Theresia lagi.
Rosi, salah satu anggota Kotugres yang ikut pelatihan mengaku pengalaman diskusi daring adalah yang pertama dialaminya. “Saya bersemangat ingin belajar pola, punya merek baju sendiri,” ujarnya dengan menggunakan bahasa isyarat.
Alfa, anggota lainnya mengku ingin meningkatkan keahlian di bidang fesyen. Alfa mengaku sudah mampu memproduksi celana dan kemeja. Tetapi ia ingin bisa membuat jas yang baik dan benar. “Ingin buat jas, tuturnya sambil menatap kedua orangtua yang mendampinginya.
Alfa memang salah satu dari 6 peserta yang cukup menjadi perhatian. Semangatnya sejak awal ketika mengikuti pelatihan sampai pad akhirnya kegiatan. Dari keinginan belajar membuat jas, Alfa akhirnya memilih memproduksi seragam sekolah elite. Meski baru belajar fesyen, karya Alfa mampu memukau para guru. Dia ingin agar produk karyanya bisa diterima di sekolah-sekolah maupun perkantoran.
“Saya pakai brand Alfa yang berasal dari nama saya sendiri,” ujarnya melalui Bisindo,( bahasa insyarat Indonesia).
Peserta lainnya, Wilda, sudah terlebih dahulu memakai brand Ilda dan memilih berfokus pada karya busana muslim perempuan. “Harapannya bisa dijual di butik, bisa untuk santai dan acara formal,” ujarnya dalam Bisindo.
Fitri Erika, Corporate Secretary Pertagas mengatakan, kegiatan pelatiohan fesyen dan bisnis mode ini sudah direncanakan sejak awal tahun. Seluruh kegiatan pelatihan, awalnya dirancang dalam pertemuan tatap muka. Namun karena pandemi, Esmod Jakarta melakukan inovasi dengan pengajaran daring dan sebagian besar modul dikonversi dalam bentuk daring.
“Pelatihan untuk Kotugres ini menjadi salah satu wujud komitmen kami untuk mendorong dan memotivasi mitra binaan agar terus berkarya dan mampu beradaptasi di tengah pandemi,” ujar Erika saat kegiatan penutupan pelatihan.
Fitri Erika mengatakan pendampingan dan capacity building untuk Kotugres merupakan langkah awal untuk memotivasi anggota Kotugres menjadi mandiri ke depan. Pertagas sebagai perusahaan bertugas memhami kebutuhan kelompok masyarakat sekitar operasi perusahaan.
“Melalui program kolaborasi yang tepat, kami berharap bisa menemukan solusi atas masalah utama mereka, dan bisa berdikari di masa mendatang,” jelas Erika lagi.
Pelatihan fesyen dilakukan sejak tiga bulan lalu, tepatnya 20 Juli 2020. Enam orang dari 26 anggota kortugres yang memiliki minat di bidang fesyen diikutsertakan dalam program tersebut, lainnya secara terpisah mendapatkan pelatihan di bidang kuliner dan kerajinan. Tidak hanya belajar tentang cara menjahit, anggota Kotugres juga mendapatkan pelatihan fesyen dan bisnis mode dari pengajar-pengajar Esmod.
Enam anggota kelompok fesyen Kotugres itu, dibagi ke dalam 4 kelompok sesuai dengan area minat masing-masing. Ada yang berminat menghasilkan karya seragam, karya busana muslim, dan karya busana anak. Dalam presentasi tugas akhir, mereka diharuskan memaparkan bagaimana mereka menemukan ide, menuangkan ke dalam konsep desain, hingga mengimplementasikannya menjadi sebuah hasil akhir berupa produk baju siap pakai.
Melalui kegiatan ini, para peserta kortugres kini memailiki keahlian yang menambah kepercayaan diri mereka dan menjadi modal bagi mereka untuk kehidupan di masa mendatang. []
- Danrem Dikuasai Kolonel Angkatan 1990-an, Anak Try Sutrisno dan Menantu Luhut Bersaing Jadi Jenderal
- Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi
- Kursi Jenderal untuk Jebolan Akademi TNI 1993
- Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta orang
- Bintang Terang Alumni Akmil 1989
INDRAMAYU - Indramayu memiliki peluang atau kesempatan kerja yang cukup besar, namun tidak diimbangi