Jokowi Sangkal Daya Beli Melemah
Credit by: setkab.go.id

Jakarta, PINews.com - Presiden Joko Widodomengakui adanya penurunan konsumsi rumah tangga dari angka 7% sekarang menjadi 4,93- 4,95%. Lebih lanjut, Presiden mengingatkan bahwa profil yang ada sekarang memang berbeda.

Ia menunjuk contoh ekonomi dunia, dulu tumbuh sampai 5% sekarang hanya sekitar 3%.  Tiongkok, menurut Presiden, dulu tumbuh 11-12% sekarang hanya 6%.   “Inilah perbedaan-perbedaan yang memang harus kita pahami agar dalam mengambil kebijakan kita tidak salah karena memang angka-angkanya,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017, di Assembly Hall 1 dan 2 Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (28/11) malam.

Ditegaskan Presiden, banyak parameter yang berubah, perilaku konsumen juga berubah. “Banyak model bisnis baru yang mengubah juga perilaku konsumen, perilaku konsumsi. Dan terakhir, masalah yang berkaitan dengan daya beli,” tambah Presiden.

Menurut Presiden, banyak yang tidak sadar bahwa sekarang ini memang banyak model bisnis baru sehingga pola konsumsi juga berubah. Dulu orang senang belanja ke mal, toko, lanjut Presiden, sekarang orang konsumsinya berada pada dunia wisata, pelesiran. “Ini swifting/pergeseran-pergeseran seperti ini yang harus juga kita mengerti dan kita pahami, bahwa ada perubahan atau pergeseran. Juga dari offline ke online, ini ada perubahan-perubahan yang… yang… yang mau tidak mau harus kita terima,” terang Presiden Jokowi.

Ajak Dunia Usaha Optimistis

Kalau ada yang menyampaikan daya beli atau konsumsi melemah, Presiden Jokowi mengemukakan, bahwa angka yang diperolehnya menunjukkan tidak. Ia menambahkan bahwa Penerimaan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dibandingkan periode yang sama dua tahun yang lalu yang hanya tumbuh 2,9%, ini sekarang ini tumbuh 12,1%.

Artinya, lanjut Presiden, ada transaksi di situ, alat pajak pertambahan nilai, artinya ada transaksi di situ. “Kalau penerimaan PPN saja tumbuh 12,1%, artinya ada transaksi, ada jual beli di situ. Yang dulu hanya tumbuh 2,9%,” ujar Presiden.

Kemudian di sektor pariwisata, tambah Kepala Negara, juga patut bersyukur bahwa turis asing di kuartal ketiga tahun ini sudah mencapai 10,46 juta turis atau naik 25%. Presiden menilai, kenaikan juga sangat tinggi sekali karena rata-rata dunia kurang lebih 5%, kalau dibandingkan periode yang sama, 2016 hanya 8,36 juta.

Momentum-momentum seperti ini, menurut Presiden Jokowi, harusnya memberikan rasa optimistis kepada dunia usaha kita. “Jangan senangnya yang pesimis-pesimis atau yang negatif-negatif, kita ini paling senang masuk ke isu-isu yang seperti itu. Angka-angka seperti ini yang mestinya membuat kita optimistis,” kata Presiden Jokowi.

Presiden juga menyampaikan, bahwa nilai ekspor, Januari-September 2017 mencapai US$123,36 miliar, atau naik 17,36% dibanding periode yang sama 2016. Ekspor nonmigas, tambah Presiden, naik 17,37% mencapai US$125,6 miliar, yang merupakan sebuah rekor baru, bahkan lebih tinggi dibanding pecapaian saat booming komoditas yang lalu.

“Hal-hal seperti ini kalau terus kita jaga, komitmen-komitmen kita, saya kira kita akan berada pada track yang betul-betul sangat baik bagi perekonomian negara kita Indonesia,” tegas Presiden Jokowi.

 

Editor: HAR