Kejanggalan Menyelimuti Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines
Credit by: Pesawat Boeing 777-200 ER milik maskapai Malaysia Airlines (russavia/wikimedia commons)

Jakarta, PINews.com - Pesawat Malaysia Airlines dengan rute Kuala Lumpur - Beijing hilang kontak sejak Sabtu (8/3) pukul 02.41 waktu setempat. Nasib pesawat dan penumpang belum ditemukan hingga saat ini. Skenario terburuk, pesawat jatuh ke lautan dan semua penumpang tewas.

Namun hilangnya pesawat yang diklaim sebagai jenis pesawat tercanggih dan teraman di dunia ini menimbulkan tanda tanya besar dan dinilai penuh kejanggalan, apa saja kejanggalan yang dianalisis pakar penerbangan terkait hilangnya pesawat berjenis Boeing 777-200 ini ?

Boeing 777-200 salah satu pesawat terbaik

Boeing 777-200 adalah pesawat terbaik yang pernah dibuat dan beroperasi saat ini. Bukan cuma Malaysia Airlines yang menggunakannya, tapi juga maskapai seperti United dan American Airlines. Garuda Indonesia juga menggunakan keluarga pesawat Boeing 777, yakni Boeing 777-300ER.

Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, Boeing 777-200 terbang pertama tahun 1995. "Selama 13 tahun terbang, tidak ada kecelakaan fatal. Baru dua, Malaysia Airlines yang hilang saat ini dan kecelakaan Asiana Airlines Juli 2013 lalu di san Fransisco.," katanya.

Malaysia Airlines salah satu maskapai terbaik

Malaysia Airlines juga dikenal sebagai maskapai yang mengutamakan keselamatan. Banyak pesawat, termasuk di Indonesia, dikritisi karena pemeliharaan yang kurang baik dan mengabaikan aspek keselamatan. "Ini saya kira tidak terjadi pada Malaysia Airlines," kata Dudi.

Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, kecelakaan fatal bisa dihitung jari. Tahun 1977, 100 orang dalam penerbangan MH653 dengan pesawat Boeing 737-200 di Johor. Sebab kecelakaan adalah pembajakan. Tahun 1995, 34 orang tewas dalam penerbangan MH2133 dengan pesawat Fokker 50. Sebab kecelakaan adalah kesalahan pada pilot.

Pesawat berada di fase penerbangan paling aman

Fase penerbangan paling kritis adalah saat lepas landas dan pendaratan. Di sini, keahlian pilot memainkan peranan penting. Peristiwa hilang kontak Malaysia Airlines terjadi di ketinggian 35.000 kaki, pada fase penerbangan paling aman.

Todd Curtis, mantan teknisi keamanan Boeing, dikutip AP, Minggu (9/3), mengatakan, jika pesawat mengalami kecelakaan, kejadian harus sangat cepat sehingga pilot tak sempat meminta pertolongan. Jika ada kerusakan mesin, pilot seharusnya masih bisa minta pertolongan lewat radio.

Dudi mengatakan, kejadian pada Malaysia Airlines kali ini mengingatkan pada kecelakaan yang menimpa Adam Air pada tahun 2007 serta Air France pada tahun 2009.

Tak ada sinyal distress

Dudi mengungkapkan, pesawat masa kini dilengkapi dengan alat bernama Emergency Locator Trasmitter dan Emergency Beacon. Dua alat ini berfungsi memberitahukan lokasi pesawat atau seseorang.

Dudi mengatakan, "alat ini akan memancarkan sinyal jika pesawat menabrak benda keras atau jatuh."

Bila Malaysia Airlines terkonfirmasi jatuh, maka seharusnya ada sinyal distress yang dipancarkan oleh alat tersebut. Namun ternyata, sinyal itu tidak diterima oleh otoritas manapun. Ini jadi tanda tanya.

Meskipun demikian, Dudi mengungkapkan, "mungkin sinyal tidak diterima karena pesawat jatuh terlalu dalam di lautan sehingga sinyalnya tidak sampai permukaan. Atau sinyal tertutup oleh badan pesawat."

Arah terbang pesawat

Di saat-saat terakhir terbang, pesawat terbang ke arah 25. Namun, tiba-tiba pesawat berputar ke arah 40. Sebabnya belum diketahui. Pantauan radar menyebutkan bahwa pesawat kemungkinan berbalik arah.

Sumber : National Geographic

Editor: Rio Indrawan