Forum ABAC, Indonesia Sampaikan Isu Kesenjangan dan Pembangunan Maritim
Credit by: setkab.go.id

Da Nang, PINews.com - Selama ini orang selalu bicara mengenai trade dan investment, yang memang naik selama 25 tahun berpindah dari Atlantik ke Pasifik, tapi isu tentang ketimpangan atau kesenjangan jarang dibicarakan padahal hal tersebut ada di mana-mana bukan hanya di negara berkembang namun juga negara maju.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri APEC Bussiness Advisory Council (ABAC) Dialogue dengan para kepala negara anggota APEC di Furama Resort, Da Nang, Viet Nam, Jumat (10/11).

“Jadi Pak Presiden menggarisbawahi bahwa kedepannya apapun yang dilakukan di APEC setelah 2020 harus menyoroti berapa banyak kesenjangan yang kita obati,” ujar Anindya Bakrie, Co-Chair ABAC Indonesia.

Hal menarik lainnya, menurut Anindya, saat Presiden Jokowi menyampaikan bahwa APEC ini dua per tiga ini adalah air, mirip dengan Indonesia ,  tapi yang dibicarakan mengenai  trade dan investment itu umumnya hanya fokus ke darat. “Nah di sini Presiden mengatakan bahwa maritime economy atau namanya apapun blue economy itu sangat penting, bukan saja buat konektivitas mengurangi biaya pengiriman dan lain-lain, tapi lebih dari itu juga dapat membuat aquakultur itu berkembang,” jelas Anindya seraya menyampaikan bahwa Presiden Jokowi juga menggarisbawahi mengenai inclusive growth.

Dalam forum yang dihadiri oleh 21 pemimpin APEC, Tuan rumah Viet Nam menyampaikan lima isu besar yakni mengenai visi APEC setelah 2020, konektivitas, financial inclusion, lalu juga UMKM dan yang terakhir sustainable development.

Beberapa rangkaian agenda APEC masih akan diikuti oleh Presiden Jokowi di Da Nang, Viet Nam. Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja kali ini Seskab Pramono Anung, dan Wamenlu AM Fachir.

Mengawali rangkaian kegiatannya di Vietnam, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jumat (10/11) sore waktu setempat, menghadiri dua pertemuan yaitu APEC Business Advisory Council (ABAC) Dialogue dan Pertemuan Informal Pemimpin APEC dan Pemimpin ASEAN, di Furama Resort, Da Nang.

Pada Pertemuan Informal Pemimpin APEC dan ASEAN, Presiden Jokowi menekankan pentingnya membangun sinergitas antara ASEAN dan APEC, dimana Indonesia juga merupakan pendiri kedua organisasi tersebut.

“Kita itu kan pendiri dua-duanya. Karena itu kita berkepentingan bahwa di satu sisi kita ikut berperan di dalam membentuk bagaimana ASEAN dan APEC itu, tapi pada saat yang sama juga bahwa perkembangannya harus memberikan kontribusi buat kita secara nasional,” tutur Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM  Fachir yang turun mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan yang digagas oleh Vietnam tersebut.

Secara khusus Presiden Jokowi menyampaikan bahwa sinergi tersebut harus ditampilkan dalam sejumlah kerja sama di berbagai bidang, seperti di bidang  e-commerce, pengembangan kapasitas SDM, serta sinergi antara RCAP (Regional Cooperation in Asia Pacific) dengan FTAAP (Free Trade Area of Asia Pacific). “Perlu semakin mengandalkan pasar domestik intra kawasan, jadi tidak selalu bergantung pada kawasan lain,” ujar Fachir mengutip pernyataan Presiden Jokowi.

Sinergi yang disampaikan Presiden Jokowi tersebut, ucap Fachir, mendapat apresiasi dan pandangan positif dari sejumlah pemimpin negara, salah satunya Australia. “(Australia) melihat RCAP ini cukup sangat potensial sekali untuk segera bisa digulirkan. Kalau free trade area untuk Asia Pasifik masih jauh,” kata Fachir.

Editor: HAR