Mereka yang Senang Berbagi, Menuai Laba dari Bermitra
Credit by: pertamina lubricant

Cilacap, PINews.com - “Saya senang. Saya bahagia kalau bisa berbagi dengan orang lain melalui pengalaman saya di bengkel. Siapapun akan saya terima selama memang mereka mau belajar,” Marsono, pemilik bengkel Putra Motor, tampak berkaca-kaca ketika menjelaskan mengapa dirinya mau menerima siswa magang di bengkel miliknya.

Sono, demikian bapak dua anak ini biasa disapa melalui jalan panjang dan berliku, kegetiran, kesepian, sebelum akhirnya sukses memiliki bengkel sendiri.  Pria kelahiran 38 tahun silam ini bercerita hanya menempuh pendidikan sampai kelas 2  STM atau SMK.  Bukan karena bandel atau sering berkelahi sebagaimana lazimnya siswa STM, tetapi karena  dia memilih mengalah demi adik-adiknya. “Ngga apa-apa saya ngga tamat. Tetapi yang penting adik-adik saya bisa sekolah sampai selesai,”ceritanya.

Satu-satunya pilihan untuk bertahan hidup dan membantu orang tuanya adalah bekerja. Berbekal belajar soal mesin selama dua tahun di STM, ia beranikan diri melamar di bengkel resmi Honda. Dia sadar, tanpa ijazah, tidak mudah bagianya untuk bekerja. Karena itu, semangatnya adalah ingin belajar soal mesin motor. Lamarannya diterima. “Awalnya hanya tukang ngambil kunci, melayani para montir kadang dikatain macam-macam. Tapi saya sabar saja. Karena saya ingin belajar, saya ingin bisa,” ungkapnya.

Lebih dari 5 tahun dia bekerja di bengkel resmi produk roda roda dua itu, kemudian bekerja di bengkel swasta. Setelah beberapa tahun, Sono kembali bekerja di bengkel resmi. Setelah merasa cukup kemampuannya, ia pun berkeinginan untuk membuka bengkel sendiri.  

Namun, membuka bengkel sendiri bukan perkara ringan dan membutuhkan modal yang tidak sedikit. Pilihan lokasi juga ikut menentukan. Setelah berdiskusi cukup lama dengan sang istri, Marsono memutuskan untuk membubuhkan tanda tangan dalam surat perjanjian, memberikan izin kepada istri tercinta untuk berngakat ke negeri seberang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan. Tujuan utamanya, mengumpulkan seperak demi seperak agar bisa mandiri mambuka bengkel sendiri.

Artinya, selama tiga tahun dia bergulat dengan kesepian.  Setelah masa-masa penantian itu usai, sang istri pulang dari negeri Panda dan uang yang dikumpulkan dirasa cukup untuk membeli rumah dan membuka bengkel. Pada 2004, dari modal Rp85 juta, ia membeli rumah dan sebidang tanah di jalan Thamrin Cilacap dan juga mulai membuka bengkel.

Lokasinya cukup ramai dan strategis, berada tidak jauh dari kawasan indutri Cilacap dan juga kilang pengolahan minyak milik Pertamina. Lokasi ini dipilih karena menjadi jalur bagi ratusan karyawan yang hilir mudik ke perusahaan.

Pengalaman bekerja di bengkel resmi, ingin ia adopsi ke bengkel miliknya. Tanah yang cukup luas di depan rumahnya dimanfaatkan untuk membuka bengkel yang lebih besar. Konsumen dibuat nyaman. Meski tidak sepenuhnya menyerupai bengkel resmi tempat bekerja dahulu, tetapi setidaknya ia ingin meniru sesuatu yang baik dan bagus. “Saya siapkan tempat yang agak luas, pelanggan yang datang bisa dengan nyaman menunggu motornya diperbaiki,” ujarnya.

Kepercayaan pelanggan kepada bengkel Putra mulai tumbuh. Meski ia mengaku terus berjuang menjaring pelangan-pelanggan baru, terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen.keinginan terkuatnya bisa masuk ke instansi pemerintah untuk bisa memberikan pelayanan motor dinas. Dengan memberikan layanan untuk kendaraan dinas, ia berharap bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Meskipun pelayanan kepada konsumen mandiri tetap akan diberikan. “Kesabaran adalah pembuktian melalui kerja nyata,” demikian prinsipnya.

Bintang terang Sono tiba pada pada 2016. Kala itu, datang tawaran dari Pertamina Lubricants unit Produksi Cilacap untuk  “menitipkan” siswa SMK yang mengikuti program Enduro Student Program (ESP) untuk magang di bengkel miliknya. Ia dengan suka cita menyilahkan dan menyambut 3 siswa ESP untuk magang di bengkelnya.

Selain bengkel Putra milik Marsono, ada 6 bengkel lain yang dibidik menjadi mitra PT Pertamina Lubricants unit produksi Cilacap. Ada Abun Motor milik Yuskoyu Septo, Leo Motor milik Narto, kemudian Ketut Jatmiko pemilik bengkel Baru Jaya Motor, Darmuji pemilik Slamet Motor dan Cahaya Motor bengkel milik Cahya Darmawan.

Bengkel-bengkel ini dipilih melalui seleksi dengan beberapa ketentuan. Di antaranya, bengkel tersebut kelas menengah dan usia bisnisnya lebih dari 5 tahun. Tanah dan bangunan milik sendiri, letak startegis dan memiliki kemauan unutk membimbing siswa baru.

Ketika bengkel Putra dan bengkel-bengkel lainnya dipilih sebagai mitra tempat menitipkan siswa ESP, tidak janji yang berlebih. Tidak ada pembicaraan akan memberikan bantuan dan sebagainya. “Beberapa ada yang menolak, tetapi ada juga yang antusias menerima penawaran tersebut,” ungkap Mulyadi, anggota Task Force CSR PT Pertamina Lubricants Unit Bisnis Cilacap.

Bengkel-bengkel yang mau menerima dan bekerjasama dengan Pertamina Lubricants kemudian dijadikan bengkel Mitra. Kejutan kemudian diberikan. Diawali dengan perbaikan dan renovasi bengkel. Suasana bengkel menjadi lebih fresh, tampilannya lebih baru, lebih bersih. Tidak ada lagi oli yang berceceran. Semua disimpan dalam tempat penyimpanan khusus. "Dengan adanya kemitraan ini, bengkel saya tampak lebih bonafid dan keren. Pelanggan merasa mantap, saya sendiri merasa bangga juga," kata Marsono.

Sementara itu, Narto, pemiik Leo Motor, mengaku bersyukur ketika bengkel miliknya diperbaiki Pertamina Lubricants. ”Ada perbaikan mulai dari dalam, dikeramik dan pengecatan. Bengkel saya bagus sekali. Alhamdulillah jadi rejeki, “ katanya.

Yuskoyu menambahkan konsumen merasa nyaman ketika berkunjung ke Abun Motor setelah bengkelnya di renovasi. Apalagi, bengkel tempatnya kini menjadi lokasi berkumpul anak-anak muda.

Tidak hanya itu, Marsono dan pemilik bengkel mitra lainnya diberikan pelatihan terkait manajemen dan kewirausahaan juga pemasaran. Mereka juga diberikan kesempatan untuk melihat langsung, bagaimana proses pembuatan pelumas dari awal hingga menjadi produk yang siap dipasarkan. Kemudahan juga diberikan melalui sistem konsinyasi bagi bengkel mitra untuk mendapatkan pelumas motor milik Pertamina. Kerjasama dilakukan melalui koperasi karyawan, Rajawali.

“Sekarang kita jadi tau bahwa banayak pelumas yang dijual base oil-nya ternyata milik Pertamina. Ini juga jadi pengetahuan kita menjelaskan ke konsumen untuk menggunakan oli milik Pertamina,” ujar Marsono yang diamini Narto serta beberapa rekan bengkel mitra lainnya.

Pengetahuan dasar tentang kepelumasan dan menyambangi langsung pabrik, menumbuhkan keyakinan dan semangat dalam diri para bengkel Mitra untuk hanya menjual pelumas buatan Pertamina.

Komitmen bengkel mitra dalam menjual pelumas buatan Pertamina merupakan sharing value yang diharapkan dari kegiatan kemitraan yang dilakukan. Pelatihan, perbaikan dan renovasi bengkel yang dilakukan Pertamina Lubricants, berdampak pada penjualan produk pelumas buatan Pertamina Lubricants. “Montir dan bengkel merupakan ujung tombak dalam memasarakan dan mengenalkan pelumas buatan Pertamina,” tegas  Fitri Erika, Corporate Secretary Pertamina Lubricants.

Fitri menjelaskan dalam kegiatan kemitraan sebagai bagian dari program Enduro Student Program, Pertamina Lubricants tidak memberikan bantuan dalam bentuk dana. "Bantuan dalam bentuk fisik dan kebutuhan atau peralatan bengkel," katanya.

Marsono dan teman-teman bengkel mitra lainnya merasa senang dengan kemitraan yang dijalin, kegiatan usaha bengkel mereka bisa lebih baik, pendapatan juga lebih bagus, pelanggan tetap terus bertambah. Yang terpenting, ada kemuan untuk terus maju dan terus melakukan inovasi dan membangun jejaring dalam menjalankan usaha bengkel. “Sekarang saya tiap bulan didatangi orang pajak. Mereka tau aja ya,” kata Marsono sambil tertawa menceritakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayarkannya.

Kewajibannnya dalam membayar PPN, menunjukan bahwa bengkel miliknya sudah bertumbuh dengan baik, manajemen yang dilakukan sudah bagus dan sudah berbadan hukum resmi.  Hal tersebut dibuktikan dengan dipilihnya Putra Motor, bengkel milik Marsono menjadi mitra Kepolisian Resort (Cilacap) sejak Januari 2017, untuk melakukan kegiatan service motor operasional Polres Cilacap.

Salah satu alasan mengapa bengkel miliknya menjadi pemenang tender di Polres Cilacap karena dari sisi tampilan bengkelnya meyakinkan dan memiliki kelengkapan administratif. Itulah ,mengapa sejak Januari lalu, ia harus menangani 55 unit motor operasional milik Polres Cilacap. Sekali menagih, nilai proyeknya lebih dari belasan juta.

Secara jujur, Sono mengakui bahwa kerjasama dengan Polres Cilacap juga tidak lepas dari kemitraan yang dijalin bengkelnya dengan Pertamina Lubricants, baik melalui renovasi ataupun pelatihan manajemen kewirausahaan maupun kepelumasan. “Kesabaran dan keikhlasan, pasti akan memberikan hasil,” ucapnya.

Kerjasama dengan pihak Polres Cilacap dimanfaatkan untuk mengenalkan pelumas produk Pertamina. Ia merekomendasikan beberapa varian pelumas Pertamina disesuaikan dengan kendaraan roda dua. Pihak kepolisian sepakat dan sejauh ini, ujarnya tidak ada keluhan. “Saya kan sudah tau tentang kualitas pelumas Pertamina. Saya rekomendasikan. Mereka setuju dan alhamdulillah tidak ada kendala sejauh ini,” ceritanya.

Selain kepolisian, Marsono terus berupaya menjaring pelanggan lain. Baik intansi pemerintah maupun perusahaan swasta atau BUMN. “Saya lagi ngincar masuk ke Pajak neh. Kan mereka tiap bulan datang ke sini (bengkel) minta pajak. Nanti saya mau tawarin untuk mengerjakan kendaraan operasional mereka,” katanya optimis.

Hal menarik lainnya dari kegiatan kemitraan perbengkelan yang dilakukan PT Pertamina Lubricants Unit Produksi Cilacap adalah hubungan persahabatan yang terjalin antara bengkel mitra. Antara Marsono dan beberapa pemilik bengkel lainnya, terjalin hubungan yang saling menguntungkan dan mengisi.

Saban bulan, mereka selalu mengadakan pertemuan semacam arisan. Tempatnya bergantian dari satu bengkel ke bengkel lainnya. Mereka saling bertemu, bercerita tentang berbagai hal, sharing ide dan gagasan ataupun  hal-hal yang terkait bengkel dan mesin motor. Dalam pertemuan tersebut, sering juga para siswa ESP yang dulu sempat magang di tujuh bengkel tersebut ikut serta.

Meski semua bergerak dalam bsinis yang sama, perbengkelan, tetapi aroma persiangan sepertinya tidak terlihat.  Seringkali jika salah seorang mereka banyak orderan, disarankan untuk ke bengkel salah satu dari tujuh mitra tersebut. “Kalau ada banyak orderan, kita over ke teman kita. Salah satu yang kira-kira lowong dan sempat mengerjakan,” ujar Narto.

“Pokoknya kalau ada motor yang rusak berat dan kita kewalahan, pasti dikirim ke bengkel Leo,” ujar Sono disambut pekik tawa teman-teman lainnya.

Sono dan teman-teman lainnya juga terus membuka tangan bagi siswa siswa aklumni ESP Batch I yang kini sudah memiliki bengkel sendiri untuk berkonsultasi. Bahkan tidak jarang ada yang tinggalkan bengkelnya sementara untuk melihat kondisi motor yang ditangani  anak didiknya.

“Kalau masih ringan sih, via telepon saja. Tapi kalau sudah agak susah, ya kita datangain untuk lihat langsung,” cerita Darmuji yang diamini oleh Ajhuri, anak didiknya.

Marsono, Darmuji, Yuskoyu, Narto, Ketut Jatmiko dan Cahya Darmawan adalah orang-orang yang ihlas membantu orang lain, membagi pengalaman mereka kepada anak-anak muda yang berniat menjadi pengusaha bengkel seperti mereka.

Bagi sebagaian orang yang menolak menjadi mitra, anak-anak tersebut akan menjadi pesaing utama karena menjalankan usaha yang serupa. Tetapi tidak bagi mereka bertujuh. Mereka mau berbagi pengetahuan dan pengelaman mereka karena ada keyakinan dalam diri mereka, tidak ada rejeki yang tertukar. “Semua sudah ada bagiannya. Semua sudah diatur sama yang kuasa. Rejeki kita tidak akan tertukar. Mungkin hanya tertunda,” demikian jelas Marsono sammbil menyeka ujung matanya yang mulai sembab.

   

Editor: HAR