Indonesia Jadi Pendiri dan Barometer Integrasi Perekonomian ASEAN
Credit by: setkab.go.id

Cimahi, PINews.com -  Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum Prof Dr Henri Subiakto mengatakan Indonesia bukan hanya pendiri Association of South East Asian Nation (ASEAN) tapi Indonesia adalah barometernya ASEAN. Maka, ketika ekonomi Indonesia berkembang pesat ASEAN juga akan ikut berkembang pesat.

“Karena memang Indonesia adalah negara besar, negara paling kuat di Asia, baik secara sisi geografis maupun penduduk, dan jumlah ekonomi,” kata Henri pada sosialisasi dan publikasi kebijakan perdagangan pada forum tematik Bakohumas dengan tema “50 Tahun Integrasi Ekonomi ASEAN: Manfaatnya Bagi Perekonomian Indonesia,” di Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK) Kemendag, Cimahi, Jawa Barat.

Menurut Henri, bisa jadi negara lain seperti Singapura dan Malaysia perdagangannya atau perekonomiannya lebih maju dari Indonesia.  Tetapi kalau dilihat dari besar PDB (Produk Domestik Bruto), Indonesia adalah negara ke delapan di dunia sebagai sebuah kekuatan ekonomi.

Sebagai sebuah kekuatan ekonomi, katanya, Indonesia tidak perlu risau dalam arti besaran ekonomi Indonesia kita adalah negara ke-8, dan diperkirakan tidak perlu memerlukan waktu yang panjang mungkin hanya sampai sekitar 2025 atau mungkin lebih cepat lagi, atau minimal tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara ke lima atau ke empat ekonomi terbesar di dunia. “Itu perkiraan dari World Bank dan juga prediksi dari para ahli ekonomi,” ungkap Henri.

Forum Bakohumas diyakini Henri tentu merupakan kesempatan bagi humas-humas K/L, terutama yang bukan dari Kementerian Perdagangan untuk belajar persoalan perdagangan, khususnya perdagangan antar negara di ASEAN yang sudah 50 tahun tadi.

“Kita bisa mengetahui bagaimana kekuatan kita, mengetahui tentang chance atau opportunity, sehingga kita bisa ikut mendorong untuk membantu Kementerian Perdagangan, yaitu menyebarkan informasi, memperkuat daya saing yang memang dibutuhkan,” tutur Henri.

Dia  menambahkan  tidak ada gunanya kalau menjadi humas atau melakukan komunikasi tapi tidak memahami persoalan yang harus disampaikan. Oleh karena itu, ia mengapresiasi acara yang digelar Kementerian Perdagangan itu sebagai upaya memahami persoalan yang terjadi di Indonesia,  di negara-negara ASEAN, khususnya mengenai perdagangan.

“Dengan demikian mudah-mudahan dengan acara ini kita bisa mensinergikan humas-humas pemerintah untuk menjadi kekuatan komunikasi yang powerful,” pungkas Henri.

Acara tersebut juga menghadirkan narasumber Direktur Perundingan ASEAN Donna Gultom.

Editor: HAR