Yogyakarta,PINews.com - Perajin perak dan tembaga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengakui tidak mampu menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN karena terkendala sumber daya manusia yang menguasi teknologi dan inovasi.
Salah seorang perajin perak dan tembaga Desa Pampang Kecamatan Paliyan, Madiyo, di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan, SDM di Desa Pampang dirasa belum mampu untuk menghadapi produk dari luar daerah.
"Di sini faktor kendala terbesarnya terletak di SDM, banyak sekali masyarakat yang belum bisa membuat terobosan-terobosan unik guna menembus pasar nasional," kata Madiyo.
Ia khawatir akan keberlangsungan para pengerajin setempat jika harus bersaing dengan produk luar. "Persiapan khusus itu tidak ada, hanya saja kita terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kami," katanya.
Situasi saat ini sangatlah mempengaruhi hasil produksinya. Pasalnya, hanya dengan memanfaatkan tenaga manusia dalam sehari satu orang pegawai hanya bisa memproduksi satu jenis perhiasan saja.
"Padahal kami juga bisa membuat sejumlah perhiasan mulai dari cincin, gelang, kalung dan juga hiasan, mengenai harga kami jual dengan harga Rp25.000 hingga jutaan rupiah tergantung model dan juga kerumitan," katanya.
Selain terkendala SDM, ia mengatakan faktor mesin dan juga kekurangan biaya menjadi salah satu faktor lain kenapa para pengerajin lokal takut bersaing dalam MEA.
"Alat saja belum mencukupi. Untuk melapisi hiasan perak, kami harus ke daerah Kota Gede di Yogyakarta karena hanya disana yang punya alatnya," katanya.
- Danrem Dikuasai Kolonel Angkatan 1990-an, Anak Try Sutrisno dan Menantu Luhut Bersaing Jadi Jenderal
- Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi
- Kursi Jenderal untuk Jebolan Akademi TNI 1993
- Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta orang
- Bintang Terang Alumni Akmil 1989
JAKARTA,PINews.com - Cadangan batu bara nasional yang mencapai 35 miliar ton dan sumber daya sebesar