
Batangtoru, PINews.com - Pemerintah sepertinya harus lebih bersabar dalam melakukan renegosiasi Kontrak Karya Tambang Emas Martabe . Perusahaan masih keberatan dengan beberapa klausul renegosiasi yang diajukan pemerintah. “Renegosiasi tantangan terbesar bagi perusahaan, “ ujar Tim John Vincent Duffy, GM Operasi yang per Juli 2015 ditunjuk sebagai CEO Tambang Emas Martabe pekan lalu di Batangtoru, Tapanuli Selatan.
Renegosiasi kontrak dilakukan karena beberapa klausul dalam perjanjian Kontrak Karya tidak sesuai dengan UU No 4 Tahun 1999 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dalam lima tahun sejak tahun sejak diundangkan, UU harus diberlakukaan. Untuk itulah di ujung Pemerintahan SBY dilakukan renegosiasi yang kemudian diteruskan Pemerintahan Jokowi. Perundingan berlangsung alot. Tak hanya Tambang Emas Martabe, pemegang KK lain pun keberatan dengan beberapa poin yang diajukan pemerintah.
Dari enam poin renegosiasi, kewajiban divestasi dan kenaikan royalty masih menjadi poin yang memberatkan bagi tambang emas yang 95% sahamnya dikuasasi PT Agrincourt Resources tersebut. Sementara untuk poin lainnya, seperti pengurangan wilayah KK, perpanjangan KK, pengolahan di dalam negri, dan penggutamaan lokal konten tak jadi masalah.
Beberapa diantaranya malah sudah dilakukan Tambang Martabe jauh sebelum renegosiasi digulirlam . Kewajiban mengolah di dalam negri yang ditolak pemegang KK lain sudah dilakukan. Hasil tambang diolah sendiri sampai kadarnya 15% dan dimurnikan sampai mendekati 100% di Logam Mulia milik Antam.
Begitu juga derngan penggunaan lokal konten. Tambang Emas Martabe terus memaksimalkan lokal konten, termasuk tenaga kerja. Lebih dari dua ribu orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, tujuh puluh persen direkrut dari masyarakat di empat belas desa di sekitar tambang. Sekitar 20% persen merupakan tenaga kerja perempuan, prosentase yang terbilang tinggi dibandingkan perusahaan pertambangan lain
Meskipun KK- nya sudah ditandatangani sejak 1997 (Kontrak Karya generasi keenam) ditandatangani April 1997, Tambang emas Martabe baru berproduksi tiga tahun tahun lalu. Untuk mencapai Break Event Point diperkirakan baru tujuh atau delapan tahun lagi. Tapi Dengan kewajiban melakukan divestasi dan kenaikan royalty tentunya BEP akan lebih panjang lagi. “Khusus untuk royalty dan divestasi kami mohon diberi keringanan,” ujar Linda Siahaan, Deputi Presiden Direktur PT Agrincourt Resources.
- Danrem Dikuasai Kolonel Angkatan 1990-an, Anak Try Sutrisno dan Menantu Luhut Bersaing Jadi Jenderal
- Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi
- Kursi Jenderal untuk Jebolan Akademi TNI 1993
- Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta orang
- Bintang Terang Alumni Akmil 1989

DUMAI,PINews.com - Program Posyandu Sehati, bagian dari Gerakan Komunitas Sehati yang digagas oleh P
- Pupuk Booster Katrili Inovasi Pertanian PGE yang Sukses Raih Penghargaan Internasional
- Jamur Bertenaga Matahari Inisiasi Pertamina NRE, Tumbuh Subur Menyambut Idul Fitri
- Kilang Pertamina Internasional Segera Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah
- Pertamina Fasilitasi Sertifikasi Halal dan HaKI untuk Genjot Daya Saing UMKM