Antara Politik atau Persaingan Menjadi Calon Kapolri Tidak Sehat?
Credit by: Budi Gunawan (kompas)

Jakarta, PINews.com - Penetapan Komjen Budi Gunawan yang juga calon tunggal Kapolri sebagai tersangka rekening gendut oleh KPK mengejutkan semua pihak, bahkan Presiden Joko Widodo dikabarkan langsung mengadakan rapat dadakan dengan Wapres Jusuf Kalla terkait masalah ini.

Banyak persepsi menyeruak ke permukaan dan yang santer adalah adanya muatan politis dalam keputusan KPK kali ini. Namun ternyata ada kemungkinan lain, yakni adanya persaingan tidak sehat.

Hal ini diungkapkan mantan Kapolri di era presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), Jenderal Polisi (Purn) Chaerudin Ismail. Menurutnya tidak tertutup kemungkinan di era demokrasi seperti sekarang, banyak pihak yang merasa lebih pantas menjadi orang No 1 di tubuh Polri.

"Sekarang di era reformasi semua orang ingin jabatan Kapolri. Kalau dulu orang itu tahu diri kalau tidak pantas, kalau sekarang setiap orang merasa pantas,” kata Chaerudi Ismail, seperti yang dilansir dari kantor berita Antara (13/1).

Chaerudin melanjutkan bahwa secara pribadi memang mengenal Budi Gunawa, dan selama masih bertigas dulu, menurut Chaerudin, Budi termasuk anak buahnya yang cukup bagus kinerjanya. Namun dia tidak mau bersepekulasi terkait kasus yang rekening gendut yang menjadikan Budi sebagai tersangka.

Sementara itu, meskipun sudah menjadi tersangka, Komisi III DPR bersikeras tetap melakukan proses uji kepatutan dan kelayakan Calon Kapolri. Ini menjadi pertanyaan hebat di masyarakat, bagaimana mungkin seorang yang sudah ditetapkan jadi tersangka yang diduga kuat melakukan korupsi tetap melanjutkan proses menjadi pemimpin tertiggi institusi kepolisian di republik ini.

Kita tunggu saja dagelan politik seperti apa yang akan menjadi akhir dari kisah Budi Gunawan ini. Masyarakat awam hanya berharap presiden Joko WIdodo menepati janjinya untuk memilih pejabat negara yang berintegritas dan profesional.

Editor: RI