Hindari Pencurian, Jamu Indonesia Segera Dipatenkan
Credit by: Ilustrasi

Jakarta, PINews.com - Indonesia sejak dulu terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Termasuk didalamnya jamu sebagai membantu menjaga kesehatan tubuh. Karena khasiatnya yang sudah tidak perlu diragukan lagi jamu banyak diminati tidak hanya dari dalam akan tetapi juga luar negeri.

Untuk menghidari pencurian atas kekayaan budaya ini, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) danKementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana segera mematenkan beberapa ramuan jamu yang paling berkhasiat.

Seperti dilansir PINews.com dari Nationalgeographic, Kepala Balitbangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tahun 2014 ini sedang diajukan 8 paten dari tim peneliti Balitbangkes Tawangmangu, Jawa Tengah.

Delapan paten yang diajukan itu adalah komposisi formula jamu untuk obesitas, jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, hepatoprotektor atau pelindung hati, anemia defisiensi besi, batu saluran kemih, hemoroid derajat I-III, osteoarthritis sendi lutut, dan jamu sebagai pelancar ASI (air susu ibu).

"Paten tentunya sangat bermanfaat dan melindungi peneliti kita dalam hal hak atas kekayaan intelektual," kata Tjandra.

Saat ini lanjut Tjandra, ada beberapa paten jamu yang sudah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Jamu tersebut yaitu, Buah Krangean (Litsea cubeba) untuk afrodisiaka yang (didaftarkan tahun 2010), komposisi herbal penurun tekanan darah untuk hipertensi ringan (didaftarkan tahun 2013), dan komposisi herbal untuk hiperurisemia (didaftarkan tahun 2013).

Ia berharap agar jamu tidak diklaim negara lain. Jamu telah dikenal sejak zaman nenek moyang dan digunakan turun temurun oleh masyarakat Indonesia.Jamu berasal dari kata Jampi Usodo yang mempunyai arti ramuan kesehatan disertai dengan doa.

Bukti sejarah tentang jamu sendiri terdapat pada relief Candi Borobudur (tahun 772 SM), yakni lukisan tentang ramuan obat tradisional atau jamu. Bukti lainnya juga terdapat pada  relief Candi Prambanan, Candi Penataran (Blitar), dan Candi Tegalwangi (Kediri) yang menerangkan tentang penggunaan jamu pada zaman kuno.

Editor: RI