
Jakarta, PINews.com - Penolakan terus berhembus dari berbagai pihak terkait rencana PT Pertamina (Persero) untuk mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Selain dinilai tidak efisien, banyak kalangan juga mencium adanya maksud lain dari berkembangnya isu ini.
Langkah Pertamina yang ingin mengambil alih PGN melalui anak perusahannya Pertagas dinilai janggal mengingat tidak ada kontribusi berarti Pertamina terhadap produksi gas nasional.
Hal ini diamini oleh Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia Iwa Garniwa . Ia menegaskan lebih baik Pertamina bekerja sesuai dengan porsi yang sebenarnya, jangan sampai memmiliki tugas yang tumpang tindih dengan BUMN lainnya.
"Menurut saya lebih tepat bahwa Pertamina mengurusi minyak, PGN mengurusi gas, PLN mengurusi Listrik dan di bawah naungan kementrian BUMN dan ESDM bersinergi demi kepentingan bangsa dan sebagai agent pembangunan," katanya di Jakarta.
Lain lagi dengan pendapat dari anggota komisi IX DPR RI Poepimda Hidayatulloh. Menurutnya isu akuisisi ini dugunakan oleh pihak tertentu untuk mengambil keuntungan.
Seperti diketahui setelah isu ini bergulir di publik, tidak hanya saham PGN yang terus meluncur bebas, akan tetapi saham BPJS Ketenagakerjaan pun juga ikut anjlok.
BPJS sendiri saat masih bernama Jamsostek memiliki 525.817.000 lembar saham PGN. Pada 24 Oktober 2013, saham PGAS ditutup dilevel Rp 5.450 per saham. Lalu, pada 27 Januari 2014, saham PGAS anjlok di level Rp 4.560, berarti terjadi kerugian sebesar Rp 890 per lembar saham. Jika dikalkulasi, maka kerugian BPJS sebesar Rp 890 per lembar saham dikalikan jumlah saham BPJS di PGAS yang sebanyak 525.817.000 lembar saham, berarti total kerugian menjadi Rp 467,98 miliar.
Menurut politisi asal Partai Golkar ini, ada kelemahan dari Kementerian BUMN untuk menanggapi isu ini, karena seharusnya isu ini tidak berkembang dengan cepat dan dapat ditanggulangi untuk menghidarkan kerugian seperti yang terjadi sekarang ini.
Ia menyayangkan Kementrian di bawah Dahlan Iskan ini tidak mampu memanaje pemberitaan dan informasi dengan baik sehingga isu ini bocor di masyarakat.
“Namanya perusahaan terbuka kan sangat sensitif, ini merugikan. Manajemen isu manajemen informasi tidak jalan, ironisnya dari Kementerian BUMN di bawah Pak Dahlan yang jago di media," ujar Poempida.
Pada dasarnya, penurunan saham ini menunjukkan penolakan terhadap rencana Pertamina untuk akuisisi PGN.
- Danrem Dikuasai Kolonel Angkatan 1990-an, Anak Try Sutrisno dan Menantu Luhut Bersaing Jadi Jenderal
- Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi
- Kursi Jenderal untuk Jebolan Akademi TNI 1993
- Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta orang
- Bintang Terang Alumni Akmil 1989

JAKARTA, PINews.com - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), subholding Refining and Petrochemical
- Pertamina Fasilitasi Sertifikasi Halal dan HaKI untuk Genjot Daya Saing UMKM
- Kabar Gembira, Produksi Minyak Pertamina Diawal Tahun Tembus 553,67 Ribu Barel Per Hari
- Kiprah 17 Tahun Pertamina Drilling Membantu Pencapaian Produksi Migas Nasional
- Ini Inisiatif Pertamina Drilling untuk mengurangi Emisi Karbon