LAPAN DAN RAI Tandatangani Kesepakatan Kelanjutan Proyek R80

Penulis: Alamsyah - Waktu: Senin, 21 September 2020 - 12:10 PM

Jakarta-PINews.com- Di tengah keraguan masyarakat Indonesia mengenai masa depan Industri dirgantara dengan dihapusnya R80 sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan dimuseumkannya pesawat N250, pemerintah melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)  telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PT Regio Aviasi Industri/RAI. Penandatanganan kesepahaman ini  memperlihatkan respons positif dan apresiasi serta dukungan pemerintah atas upaya swasta membangun pesawat terbang R80 yang digagas Mantan Presiden BJ Habibie.

Penandatangan yang dilakukan pada  7 September 2020 lalu, dilakukan oleh Kepala LAPAN, Prof. Thomas Djamaluddin dan Direktur Utama PT RAI, Agung Nugroho dan disaksikan oleh Ilham Akbar Habibie, Komisaris Utama PT RAI.

Kerjasama dengan LAPAN akan dimulai dengan keterlibatan LAPAN dalam proses pengembangan atau rancang bangun pesawat terbang R80. Lapan sebagai pusat riset dirgantara nasional,  akan memberikan dukungan berupa komputasi dinamika fluida, simulasi stabilitas & pengendalian pesawat  terbang, perhitungan prestasi terbang dan pada saatnya, pengujian pesawat terbang yang terkait dengan sertifikasi pesawat, seperti bird impact test dll.

Setelah keluar dari PSN, PT RAI saat ini sedang berupaya  mendapatkan dukungan dari Pemerintah dalam bentuk dimasukkannya program R80 dalam daftar Prioritas Riset dan Inovasi Nasional. Hal ini diawali dengan arahan Menristek (BRIN) dalam bentuk dukungan kerjasama Lapan dan RAI, sesuai dengan tupoksi LAPAN, yang bermuara pada penandatanganan MoU 7 September 2020 lalu tersebut.

“Bagaimanapun juga, dukungan Pemerintah merupakan bagian penting dari rencana pengembangan pesawat nasional  R80. Untuk pengembangan suatu pesawat terbang, dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek, mengingat sifat industri penerbangan yang bersifat strategis, kompleks, berjangka panjang, melibatkan pendanaan yang besar dan dukungan kebijakan dan regulasi,” demikian dismpaikan Justin Djogo, Humas PT RAI dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut Justin mengatakan, PT RAI menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah, dalam hal ini Kemenristek BRIN dan LAPAN atas dukungan ini, dan berharap dukungan ini berlanjut dengan dukungan diplomasi ekonomi  dan dukungan dari kementerian terkait, berupa   fasilitasi industrial, sertifikasi bagi ekosistem industri dirgantara, sehingga industri dapat tumbuh untuk mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045 dengan kontribusi pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa yang lebih baik dari saat ini.

“Kami yakin bahwa kerjasama Industri dan Pemerintah dalam riset dan pengembangan merupakan suatu keharusan untuk saling mengisi dalam suatu ekosistem industri dirgantara. Pengalaman industri dapat menjadi bahan bagi institusi riset untuk melakukan inovasi, di sisi lain penemuan di sektor riset dapat memberikan basis diaplikasikannya suatu teknologi untuk diimplementsi. Kerjasama ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan bersama,” imbuhnya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, PT RAI produsen R 80 terlibat aktif dalam penyusunan peta jalan industri penerbangan yang dikoordinir oleh Kemenristek BRIN/ LAPAN bersama dengan stakeholder industri yang lain.

Sambil beradaptasi dengan perkembangan situasi terakhir seperti, terutama  pandemi COVID 19, diperkirakan akan terjadi kemunduran program, dimana fase full scale development baru dimulai pada akhir 2021, prototype production 2023, first flight di akhir 2025, sertifikasi direncanakan tahun pada 2028. Inipun masih harus melihat perkembangan di negara-negara supplier yang terlibat dalam pengembangan R80.

“Seacara prinsip, penjualan  atau  kontrak dengan customer diproyeksikan bisa dilakukan di awal 2026, namun penyerahan pesawat pertama akan dilakukan setelah mendapat sertifikasi nasional yang diperkirakan tahun 2028,” jelas Justin lagi.

Editor: