Menyigi Potensi Peraih Adhi Makayasa Polri Beroleh Pangkat Tertinggi

Penulis: Dudi R Rukmana - Waktu: Rabu, 9 Agustus 2017 - 14:32 PM
Credit by: polri.go.id

Senyampang 1970 hingga saat ini baru ada tiga lulusan terbaik (peraih Adhi Makayasa) Akademi Kepolisian (Akpol) yang berhasil meraih pangkat  tertinggi: jenderal dan menjadi orang nomor satu di Polri. Ketiganya adalah Jenderal (Purn) Sutanto (jebolan Akpol 1973), Jenderal (Purn) Badrodin Haiti alumni Akpol 1982, dan Jenderal (Pol) Tito Karnavian jebolan Akpol 1987. Belasan sisanya sudah pensiun. Selebihnya, masih melanjutkan masa dinas di lingkungan Polri. 

Tiga orang jebolan terbaik Akpol pensiun dengan pangkat komisaris jenderal alias bintang tiga, yaitu Iman Haryatna (1975) dan Nanan Soekarna (1978). Satu pensiun dengan pangkat brigjen, yaitu Tjiptono (1980). Sisanya pensiun dengan pangkat inspektur jenderal alias bintang dua: Bibit S Rianto(1970), Taufikurahman Ruqi (1971), Sri Soegiarto (1974), Indradi Thanos  (1976), Arianto Sutadi (1977), Mathius Salempang (1981), dan Anton Setiadji (1983).

Yang masih aktif berdinas saat ini adalah peraih Adhi Makayasa 1984 hingga sekarang. Tentu saja, perjuangan para peraih Adhi Makayasa mendapatkan pangkat tertinggi di lingkungan Polri, paling tidak pensiun dengan pangkat bintang tiga, tak semudah membalik telapak tangan. Buktinya, baru satu orang pati penerima Adhi Makayasa pascajebolan Akpol 1983 yang beroleh pangkat komjen, yaitu Moechgiyarto (1986) yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Kalemdikpol). Sisanya, masih ada yang berpangkat bintang dua, bintang satu, dan mayoritas berpangkat komisaris besar polisi atau  ajun komisaris besar polisi, di luar beberapa perwira pertama yang lulus Akpol era 2010 hingga kini.

Mari kita selisik peluang para penerima Adhi Makayasa itu memperoleh pangkat tertinggi dalam jenjang karier mereka di Polri.  Paling tidak menengok peluang mereka menduduki pangkat komisaris jenderal!

Pertama, Irjen Wahyu Indra Pramugari. Peraih Adhi Makayasa 1984 ini  saat ini menjabat Widyaiswara Utama Sespimti Lemdikpol bersama dengan lulusan terbaik Akpol 1985, Irjen Sigit Sudarmanto. Peluang Wahyu dan Sigit menduduki dan menempati jabatan yang lebih tinggi sangat kecil. Apalagi masa dinas keduanya akan berakhir tahun depan, kecuali rencana Polri menambah masa dinas anggotanya hingga 60  tahun mendapat restu pemerintah dan DPR.

Wahyu bakal pensiun pada Mei  2018 dan Sigit pada September 2018. Di sisi lain, pos untuk pati bintang tiga juga terbatas, yaitu Wakapolri, Kabaharkam, Kabareskrim, Kabaintelkam, Irwasum, serta Kalemdiklat, Kepala BNN dan Kepala BNPT serta Setama Lemhanas

Peluang Wahyu dan Sigit sedikit terbuka seiring bakal pensiunnya Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen Dwi Priyanto (Akpol 1982) pada November 2017. Namun, tak mudah juga bagi Wahyu dan Sigit meraih jabatan itu. Maklum, sejumlah pati bintang dua lainnya, dengan kinerja yang cukup moncer, dan juga melalui proses seleksi di Wanjakti, bakal memperebutkan kursi itu. Salah satunya Asisten Operasi Kapolri Irjen Muhammad Iriawan (1984). Mantan Kapolda  Metro Jaya itu  disebut-sebut memiliki kinerja yang cukup apik. Dengan demikian, pemberian pangkat bintang tiga bagi yang bersangkutan sangat pas.  Apalagi, Iriawan sudah berpengalaman menjadi orang nomor satu di Polda tipe A nan strategis: Polda Jabar dan Polda Metro.

Kedua, Gubernur  Akademi Kepolisian (Akpol) Irjen Rycko Amelza Dahniel, lulusan terbaik Akpol 1988. Mantan Wakapolda Jabar, Gubernur PTIK,  dan Kapolda  Sumatera Utara ini punya potensi kuat menjadi komjen dan menggantikan posisi Dwi. Bila pun tidak ke posisi itu, pangkat Komjen bagi Rycko tinggal menunggu waktu. Selain Dwi, yang bakal pensiun juga pada Mei tahun depan adalah Sekretaris Utama (Setama) Lemhanas Komjen Arif Wahyunandi (1984). Beberapa lagi yang akan pensiun dalam tempo  di atas 1,5 tahun ke depan adalah Kepala Badan Pemeliharaan Kemaanan (Baharkam) Polri Komjen Putut Eko Bayu Seno (Akpol 1984) yang pensiun Mei 2019, Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam ) Komjen Lutfi Lubihanto (1985) yang pensiun Januari 2019, dan Komjen Budi Waseso, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), yang pensiun Februari 2019.

Sementara para pati bintang tiga lainnya, masih cukup lama masuk masa purnabhakti. Komjen Ari Dono Sukamto (Akpol 1985), Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim), masih sekira 2,5 tahun lagi.  Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)  Komjen Suhardi Alius (Akpol 1985) masih tiga tahun lagi tak bertugas. Adapun Komjen Syafruddin, Wakapolri, baru akan pensiun pada April 2019. Karena itu,   bisa dipastikan pos-pos untuk pangkat komjen tersebut nantinya bakal diisi oleh para inspektur jenderal bukan  peraih Adhi Makayasa, pengecualian untuk Ryco Amelza Dahniel.

Rycko, pati Polri yang sangat santun dan cerdas ini, bahkan berpotensi menjadi pimpinan Polri di masa datang.  Apalagi usianya relatif masih muda, yaitu 51 tahun. Masa dinas pria  kelagiran Bogor di Polri masih tujuh tahun lagi. Pesaing Rycko untuk meraih pangkat komjen dalam waktu dekat dari teman-teman seangkatan Tito Karnavian, seperti Kapolda Bali Irjen Pol Petrus R Golosse (Akpol 1987), Kapolda Sumut Paulus Waterpau (Akpol 1987), dan Kapolda Jateng Irjen Condro Kirono (Akpol 1984) yang usia pensiunnya masih dua tahun lagi. Saingan juga datang dari Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis, teman satu angkatan Rycko, alumni Akpol 1988. Namun, Idham  diperkirakan tidak akan terlalu cepat promosi ke pangkat komjen dalam waktu setahun ke depan. Bahwa Idham  bakal memperoleh pangkat komjen, potensi itu amat terbuka bagi yang bersangkutan.

Ketiga, potensi mencapai puncak karier tertinggi di lingkungan Polri juga ada pada Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Dhofiri. Peraih Adhi Makayasa 1989 kelahiran Indramayu 1967 itu kini menjabat Kapolda DI Yogyakarta. Mantan  ajudan Presiden ini amat boleh jadi di pengujung tahun ini, atau awal tahun depan,   bakal promosi ke pangkat dan jenjang lebih tinggi. Bahkan, kursi Kapolri bukannya tak mungkin suatu saat berada digenggaman Dhofiri.  Apalagi, rekam jejak yang bersangkutan juga  di lingkungan Polri cukup cemerlang. Kariernya dimulai dari Kanit Resintel Polsekta Tangerang, Polda Metro Jaya pada 1990, secara perlahan kariernya melonjak. Pada 2007 menjabat Kapolres Bandung, dua tahun kemudian  jadi Wakapolwiltabes Bandung. Masih pada 2009, Dhofiri didapuk jadi Kapoltabes Yogyakarta. Pada 2010 dipindahkan ke Mabes Polri untuk menjabat dua posisi: Kabag Kermadagri Biro Pengembangan Personil Asistem SDM Polri dan Koorsprim. Pada 2013 didapuk  jadi Wakapolda DIY  dan pada 2014, saat usia 47 tahun jadi brigjen dengan jabatan kepala biro pembinaan karyawan.  Dua tahun kemudian promoi jadi  Kapolda Banten sebelum dipindahkan jadi Kepala Biro Penyuluhan hukum, Divkum Polri dan di pengujung 2016 promosi menjadi Kapolda DI Yogyakarta.

Bagaimana peluang  para alumni Adhi Makayasa Polri  di luar Rycko dan Dhofiri? Masih terlalu dini untuk menilainya. Apalagi, masa dinas mereka umumnya masih cukup lama. Tapi, ada juga yang kansnya menjadi Kapolri agak menciut. Jebolan terbaik Akpol 1990 Brigjen Herry Rudolf Nahak (Dirtipidum Bareskrim) dan Brigjen Wahyu Widada  jebolan terbaik Akpol 1991 yang saat ini menjabat Wakil Ketua Bidang Minawa PTIK,  terlalu sukar untuk meraih posisi Kapolri.  Herry dan Wahyu kemungkinan besar akan finis di pangkat tertinggi komisaris jenderal polisi. Adapun peraih Adhi Makayasa lainnya, seperti Kombes Suharyono (Akpol 1992), Kombes Rudi Darmoko (1993), Kombes Albert TB Sianipar (1994), dan Kombes Sandy Nugroho (1995) masih harus mengalami tour ouf duty dulu di lingkungan Mabes Polri atau pun Polda sebelum, suatu saat nanti, promosi jadi jenderal. Entah dengan pangkat terendah (brigjen) atau pun tertinggi (jenderal).

Betul, untuk mencapai pangkat tertinggi di lingkungan Polri, lagi-lagi, butuh keberuntungan. Maka itu, jarang-jarang lulusan terbaik (bukan hanya jebolan Akpol, juga di Akmil, AAU, AAL) jarang mencapai pangkat penuh: jenderal.  Maklum, penentuan Kapolri sarat nuansa politiknya karena itu menjadi prerogatif presiden. Tentu saja, seorang komisaris jenderal polisi yang punya rekam jejak baik dan kerap berkomunikasi  baik dengan Presiden dan partai politik, punya peluang lebih tinggi untuk didapuk jadi Kapolri. Wallahuallam bissawab.

 

DRR

 

 

 

Editor: Alamsyah