Saat harga BBM dari Rupiah Menjadi Dollar AS

Penulis: L Hermawan - Waktu: Rabu, 24 Mei 2017 - 11:33 AM
Credit by: lili hermawan

Timor Leste tak sekedar negeri indah yang sedang tumbuh secara ekonomi, tapi ada ikatan emosi yang kuat karena Pertamina ikut berjuang memasok energi hingga energi itu meraih kemerdekaan. Pertamina di Timor Leste sendiri bernama Pertamina International Timor SA (PITsa), sudah beroperasi sejak 1 November 2015 yang merupakan perusahaan Pertamina hasil joint venture dengan perusahaan lokal. Sebagai pengalaman pertama dalam membangun bisnis migas di luar negeri, adalah sangat baik dan menjadi modal selanjutnya dalam rangka memperluas bisnis di negara ASEAN lainnya.

Kisah nyata yang ada di buku ini memperlihatkan bagaimana proses membangun dan memelihara bisnis Pertamina di sana. Kisah tersebut diceritakan dalam buku 15 Tahun Pertamina di Timor Leste: Dari Rupiah ke Dollar AS, ditulis Dr. Ibrahim Hasyim.  Buku ini telah memperlihatkan keberhasilan penerapan beragam pengetahuan untuk mencapai satu tujuan, terlebih dalam suatu kondisi yang sulit di negara orang. Dalam buku ini diceritakan bagaimana setiap ragam kendala yang dihadapi, mampu dicarikan solusinya. Itu sebabnya, Pertamina masih tetap eksis, bertahan hingga saat ini dan tentu diharapkan akan dapat terus mengembangkan bisnisnya di Timor Leste.

Melalui buku ini, Ibrahim Hasyim berharap akan banyak yang tahu bagaimana sejarah Pertamina di Timor Leste dan peran apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembangunan negara tersebut.  “Juga  agar dapat memenuhi kebutuhan tentang ilmu di bidang energi yang masih sangat jarang di Indonesia,” katanya, saat peluncuran buku di Gedung Pertamina, kemarin. 

Timor Leste, yang dulu bernama Timor Timur, adalah pasar bagi Pertamina. Pasar itu dulu bernama Indonesia. Ketika berubah menjadi negara sendiri, secara tidak langsung pasar itu diberikan kepada Pertamina, jadi tetap ada di dalam genggaman. Hanya status negaranya yang berubah, tidak dengan pasarnya. “Dulu 100% kita pegang, sekarang diatur oleh orang lain melalui sebuah pemerintahan yang baru,” katanya

Membangun bisnis retail agar bisa berlangsung dalam jangka panjang, dapat bertahan dan meningkat, hanya bisa dicapai apabila mempunyai supply chain yang kuat. Dari diangkut, disimpan dan disalurkan, fasilitasnya harus ada. Pertamina telah membangun seluruh fasilitas itu sejak 1978. Sejak masa itu, pasar pun telah terbentuk.  Secara geografis, posisi Indonesia juga diuntungkan sehingga akses distribusi ke Timor Leste menjadi lebih efisien dan ongkos kirim lebih kompetitif, misalnya dibandingkan dengan Australia. Itulah modal dasar yang dimiliki Pertamina, yang sangat luar biasa.

Agus Dwi Jatmoko, Direktur Pertamina International Timor SA (PITsa) menuturkan Timor Leste adalah negara dengan pasar terbuka, jadi boleh saja kalau Pertamina juga ikut berkompetisi. Buku ini menggambarkan kisah Pertamina saat mencoba bertahan di Timor Timur. Ada beberapa pendekatan dalam mempertahankan sampai pengembangan bisnis yakni pendekatan formal dimana perusahaan harus mengikuti semua aturan yang ada; dan pendekatan keamanan yang dilakukan menjelang kemerdekaan saat terjadi konflik hebat. Melihat suasana yang sangat bahaya, karena itu dijalin hubungan yang erat dengan tentara Indonesia maupun aparat PBB. Sampai sekarang masih relevan dan diterapkan saat mendirikan dan mengembangkan PITsa.

Menurut literatur, struktur pasar BBM untuk retail itu adalah pasar oligopoli. Artinya di dalam pasar itu hanya beberapa perusahaan saja yang bisa hidup. Ada satu perusahaan besar dan beberapa perusahaan kecil yang lain. Di Timor Leste juga kita bisa lihat seperti itu, ada Pertamina dan perusahaan lainnya. Pertamina yang saat ini menguasai pasar, menurut perkiraan posisi ini bakal berlangsung lama. Perusahaan lain termasuk badan usaha milik negara TimorGAP, dalam struktur pasar yang baru berkompetisi, butuh sumber daya dan waktu untuk mengembangkannya.

Buku ini adalah sebuah dokumentasi yang berisi sejarah, fakta, dan dapat dirujuk oleh anak-anak muda yang sedang menjalani bisnis retail Pertamina di luar negeri. Peluncuran buku ini dihadiri “pelaku-pelaku” sejarah Pertamina di Provinsi Timor Timur sebelum menjadi negara merdeka melalui referendum. Tampak hadir Martiono Hadianto, direktur utama Pertamina pada saat itu. Hadir pula kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi.

Bambang Irjanto, Asisten Rektor Universitas Proklamasi 45, mengatakan buku yang ditulis Ibrahim Hasyim sangat berguna sebagai referensi di kampus-kampus. Pasalnya, kata dia, selama ini tidak banyak literatur migas, terutama untuk sektor hilir. “Banyak kasus yang muncul sebenarnya telah terjadi beberapa tahun lalu dan dapat diselesaikan dengan baik. Namun, karena learning lesson yang terbatas, ini terjadi lagi. Pengalaman-pengalaman dari pelaku bisnis sebaiknya dituangkan dalam buku sehingga menjadi aset yang dapat diwariskan,” ungkapnya.

Editor: HAR