Secercah Asa yang Tumbuh dari Jakarta Utara

Penulis: L Hermawan - Waktu: Rabu, 17 Mei 2017 - 09:03 AM
Credit by: PHE

Beberapa orang mungkin melihat anak-anak jalanan sebagai orang yang tidak terdidik, kriminal, dan harus dijauhi. Tapi, Dindin Komarudin memiliki pandangan yang berbeda. Abah, begitu Dindin biasa disapa, sangat perduli dengan masa depan anak-anak jalanan di sekitar ltempatnya tinggal di Tanjung Priok.

“Jika bukan kita yang peduli, anak-anak jalanan akan terus menjadi masalah yang tidak terselesaikan,” ujar Abah Dindin.

Kepedulian Abah terhadap anak jalanan dilandasi oleh perasaan yang sama yang dialaminya ketika pertama kali pindah ke Jakarta. “Ada keinginan kuat pada diri saya untuk ikut membantu anak-anak jalanan agar bisa hidup seperti warga lainnya.” 

Melalui yayasan yang didirikan Abah pada 2008, anak-anak jalanan di Tanjung Priok diajak untuk bergabung dan dilatih keterampilan wirausaha. Mengajak anak-anak jalanan untuk ikut bergabung ke dalam yayasan bukan perkara mudah. Apalagi anak-anak jalanan ini ternyata juga memiliki berbagai macam latar belakang, dari anak yang tidak punya keluarga hingga anggota geng jalanan.

“Untuk mengajak anak-anak agar mau bergabung di yayasan sangat sulit. Kita harus bisa menemukan pendekatan yang pas agar kehadiran kita diterima mereka,” ujar Abah.

Beliau mengingat bagaimana pada awalnya dulu harus berpakaian dan bergaul seperti anak-anak jalanan agar diterima dalam komunitas mereka. Karena anak-anak jalanan memiliki pola yang unik dalam komunitasnya. Anak-anak yang turun di jalan biasanya memiliki abang-abangan. “Nah, kita dekati melalui abangnya itu, agar tidak dimusuhi akibat disangka berbuat macam-macam. ” Di Yayasan Kumala inilah anak-anak jalanan tersebut dibina oleh Abah agar bisa hidup mandiri di kemudian hari.

Anak-anak jalanan tersebut dilatih agar bisa mengolah sampah kertas untuk dijadikan berbagai barang seperti goodie bag, souvenir, kotak penyimpan, frame foto, dan lain lain yang dapat memberikan nilai tambah.

Pada tahun 2011, Abah bertemu dengan manajemen PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) pada sebuah acara talkshow di radio. Sejak saat itu, Yayasan Kumala dibina oleh PHE ONWJ.

PHE ONWJ sebagai kontraktor migas di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melihat pentingnya peran Yayasan Kumala dalam memberdayakan anak-anak jalanan yang selama ini sulit tersentuh.

Kerjasama dengan PHE ONWJ dimulai dengan penyerahan limbah kertas dan palet kayu dari kantor PHE ONWJ untuk diolah menjadi berbagai produk kertas daur ulang seperti goodie bag, notes, alat pijat refleksi, kotak tisu, dan berbagai produk lain. Produk-produk daur ulang tersebut kemudian dibeli kembali oleh PHE ONWJ untuk dijadikan souvenir yang digunakan untuk kegiatan perusahaan.

Tidak hanya berhenti di situ, program pengembangan kapasitas kepada Yayasan Kumala juga diberikan oleh PHE ONWJ agar pelaporan aktivitas dapat terdokumentasi dengan baik. Kemudian, bagi binaan yang telah menguasai proses pengolahan limbah kertas dan kayu diberikan pelatihan agar bisa mentransfer pengetahuannya dengan masyarakat yang lebih luas.

Ini yang dialami oleh Adam, salah satu anak jalanan yang dibina Abah di Yayasan Kumala. Ia telah menguasai proses daur ulang limbah kertas dan kayu menjadi berbagai macam kerajinan yang memiliki nilai tambah. Kemudian, kini Adam sudah menjalani pelatihan training of trainer (TOT) yang difasilitasi oleh PHE ONWJ sejak 2013.

Beberapa pelatihan daur ulang kertas telah dilaksanakan anak-anak binaan Yayasan Kumala di wilayah binaan PHE ONWJ. Pelatihan tersebut dilakukan kepada komite pengembangan masyarakat Indramayu dan empat sekolah di Indramayu. Salah satu sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Sindang mendapat penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional.

“Kehidupan anak jalanan yang sangat dekat dengan perilaku kriminal di jalan harus ditanggulangi. Kami bekerja sama dengan Yayasan Kumala berusaha agar anak-anak jalanan ini bisa hidup mandiri layaknya warga yang lain,” ujar Community Development & Relations Manager PHE ONWJ Sudaryoko.

Yayasan Kumala telah berhasil menciptakan alumni-alumni yayasan yang tadinya hidup di jalan menggantungkan hidup pada orang lain, kini bisa hidup mandiri. Selain Adam yang sudah bisa melatih proses daur ulang kertas, sudah ada Agil, yang kini memiliki usaha industri rumah tangga dan telah menikah dengan seorang guru. Kemudian Baron, kini telah memiliki usaha sendiri di Pamanukan, Subang.

Hingga saat ini, Yayasan Kumala telah membina sekitar  300 anak jalanan. Abah berharap yayasan yang didirikannya bisa terus membantu anak-anak jalanan untuk merubah nasibnya dan hidup mandiri.

Editor: HAR