Cirebon, PINews.com - Jika anda berkunjung ke kota Cirebon jangan sampai melewatkan makanan khas yang satu ini. Bagi masyarakat Cirebon makanan ini cukup dikenal luas, makanan ini bernama nasi jamblang.
Banyak yang menjual nasi jamblang di kota ini, tapi belum afdol rasanya kalo kita belum menyicipi nasi jamblang “Nang Dul”. Menempati salah satu ruko di sudut Jl. Dr. Cipto, rumah makan ini sudah terkenal dimana – mana. Untuk kota Cirebon sendiri nama Mang Dul merupakan jaminan mutu alias di rekomendasikan oleh sebagian besar penghuni kota ini..
Nasi Jamblang Mang Dul dirintis sekitar 40 tahun yang lalu oleh Pak Abdul Razak (almarhum). Usaha yang ada sekarang ditangani oleh anak-anaknya. “Bapak saya merintis warung ini mulai tahun 1970-an dan setelah beliau meninggal, anak-anaknya yang meneruskan usaha”, ujar salah satu putri pak Razak yang menjadi kasir sembari menambahkan saat ini cabangnya ada di Matahari dan Cirebon Super Blok.
Warung yang selalu dipenuhi pengunjungnya buka dari pukul 05.00 – 24.00 wib, dalam sehari Mang Dul mampu menghabiskan 3.000 bungkus nasi dengan berbagai macam lauk yang sudah di variasikan. Bagi sebagian pelanggan menu wajib makan nasi jamblang yaitu sambal goreng, tempe goreng, perkedel dan bumbu daging. "ada yang bilang Klo makan Jamblang ga pake tempe sama sambal, ya ga jadi," ujar Erni, salah seorang pelanggan.
Nasi Jamblang disiapkan dalam ukuran sekepal kecil dan dibungkus dengan daun jati. Berbeda dengan nasi timbel yang dibungkus dengan daun pisang. Daun jati ternyata memberikan aroma tersendiri, yaitu wangi. Sejak dulu kala, para nenek moyang kita memang telah memakai daun jati untuk bungkus membungkus.
Keunikan lain di warung Mang Dul ini adalah posisi tempat duduk. Tempat duduk di sini berbeda dengan desain di kafe atau restoran lainnya. Jika di kafe didesain supaya pemberli bisa berlama-lama menikmati makanan dengan iringan musik, di warung Mang Dul, tempat duduknya berupa kursi panjang dari kayu, cukup untuk lima orang per kursi. Demikian juga mejanya. Dengan desain seperti ini, orang tidak bisa berlama-lama di warung. Maka jarang kita menemukan orang yang makan terus dilanjutkan dengan ngobrol atau membuka lap top, seperti yang biasa kita temukan di kafe atau restoran modern.
Para pembeli tenggelam dalam sensasi rasa makanan tradisional ala Mang Dul. Tidak ada aktifitas lain kecuali menikmati makanan. Oleh sebab itu, begitu makanan habis, biasanya pembeli tidak berlama-lama di warung. Mereka langsung menemui juru hitung dan kemudian membayar ke kasir terus pulang. Karena pengunjung lainnya sudah antri untuk duduk di bangku.
Dan soal harga, dengan kepopuleran seperti saat ini, harga yang ditawarkan masih terbilang murah. Untuk dua porsi nasi Jamblang dengan menu sedang, cukup membayar tidak lebih dari Rp 18.000,-. Apalagi yang saya tahu, ada beberapa penjual nasi Jamblang yang menawarkan harga begitu mahal dengan rasa yang tidak istimewa.
Editor: RI