Holding Jadikan BUMN Lebih Berdaya Saing
Credit by: Dirut Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman dan Dirut MIND ID Orias Petrus Moedak menjadi pembicara pada Webinar Padjadjaran Inisiatif bertajuk "Efektivitas dan Kontribusi Holding BUMN untuk Nusa dan Bangsa" yang digelar secara virtual, Kamis (19/8).

BANDUNG – Pembentukan perusahaan induk (holding) sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diarahkan untuk mendorong perusahaan-perusahaan negara lebih efisien dan berdaya saing. Untuk itu, perlu transformasi dengan mengedepankan visi yang kuat dan membangun sistem yang baik serta terintegrasi.

Holding BUMN juga diharapkan dapat menjadikan perusahaan pelat merah lebih mendapat kepercayaan publik maupun investor di masa mendatang. Selain itu, holding BUMN juga harus memberikan dampak economic dan social value untuk masyarakat.

Demikian rangkuman diskusi pada Webinar Padjadjaran Inisiatif Series bertema “Efektivitas dan Konstruksi Holding BUMN untuk Nusa dan Bangsa” yang digelar secara virtual, Kamis (19/08).

Hadir pada acara tersebut sebagai narasumber Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Achmad Bakir Pasaman dan Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak. Sebagai penanggap pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Yayan Satyaki, Peneliti Senior Padjadjaran Insiatif/Dosen Kebijakan Publik FISIP Unpad Slamet Usman Ismanto, dan Muhammad Fawwaz Raihanto, Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad.

Selain narasumber dan penanggap, hadir pula Ketua Ikatan Alumni Unpad Irawati Hermawan dan Direktur Kemahasiswaan dan Alumni Unpad Boy Yoseph yang memberikan opening speech dan keynote speech.  

Achmad Bakir Pasaman dalam pemaparannya mengungkapkan setelah menjadi holding, program-program perusahaan yang bersifat strategic dijalankan oleh fungsi holding. Sementara anak perusahaan yang berada di bawah holding lebih fokus ke aktivitas produksi.

“Dengan terbentuknya holding, langkah perusahaan menjadi lebih terintegrasi sehingga tidak ada lagi tumpang tindih antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya di bawah holding,” ujar Bakir.

Menurut dia, apa yang dilakukan perseroan setelah holding terbentuk betujuan membangun model manufacturing network untuk mengoptimalkan cost-to-serve terbaik bagi konsumen. Selain itu, strategi yang dijalankan juga dapat mengimplementasikan perubahan dalam hal distribusi berdasarkan model jaringan yang paling optimal.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, menambahkan dengan terintegrasinya perusahaan-perusahaan pertambangan di bawah holding MIND ID, perusahaan pertambangan milik negara menjadi lebih punya skala usaha yang lebih besar. 

“MIND ID ini menjadi strategic holding, kalau ada program yang tidak jalan di anak perusahaan, holding akan bantu. Begitu juga hubungan dengan pemangku kepentingan seperti DPR dan pemerintah, maka itu urusan holding. Ini agar manajemen di ana usaha bisa lebih fokus pada strategi produksi,” kata Orias.

Setelah menjadi holding, MIND ID yang kini membawahi PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, Vale dan MIND ID Trading, menetapkan sejumlah pencapaian antara lain target investasi di luar negeri, agresif melakukan eksplorasi, memperbaiki daya saing, serta beraliansi dengan BUMN lain.

“Yang tidak kalah penting sebagai perusahaan kita juga menerapkan model recycle economy yang dibuktikan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Ini sudah diperlihatkan oleh PT Bukit Asam yang meraih Proper Emas lebih dari lima kali berturu-turut,” kata Orias.

Yayan Satyaki sepakat dengan model holding yang dikembangkan oleh pemerintah seperti dibentuknya MIND ID yang fokus pada penanganan natural resources. Dengan demikian, diharapkan ke depannya BUMN tidak hanya fokus pada produksi tambang tetapi juga memberikan perhatian pada sustainability resource.

Adapun Slamet Usman Ismanto menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan holding yang berbasis lingkungan, harus memberikan manfaat lebih baik kepada kawasan setempat dan masyarakat sekitarnya.

“Maka dari itu perlu penyusunan visi, membangun sistem yang kuat dan tantangan lainnya adalah menyamakan persepsi,”ujar dia. (ika)

Editor: ika