Ini Curhatan Masyarakat Riau Kepada Presiden SBY Tentang Kabut Asap
Credit by: Istimewa

Pekanbaru, PINews.com - Kabut asap di Riau sudah sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat, bukan lagi pemerintah daerah Riau. Banyak kalangan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk turun tangan langsung menyelesaikan permasalahan kabut asap yang sudah semakin membahayakan kesehatan penduduk di Riau dan sekitarnya.

Untuk mengungkapkan protesnya, beredar broadcast message dalam beberapa hari terkahir ini yang menyuarakan protes karena belum adanya tindakan konkrit dari sang kepala Negara.

Dalam pesan itu terdapat penggalan kata-kata protes yang cukup halus namun sangat miris jika kita membacanya, karena menggambarkan penderitaan ratusan ribu bahkan jutaan masyarakat Riau yang setiap harinya menghirup udara yang sama sekali sudah tidak sehat.

" Izin share yaa Saya syok sama asap nih mba.. mau ngungsi dari Riau gak bisa.. gak ada penerbangan..tutup semua.. hanya bisa pasrah.. Mohon selalu sertakan doa buat kami di Riau.. Pray for Riau.. Pemerintah pusat tidak peduli pada kami.. Hari ini puncaknya asap 6 juta rakyat Riau terancam kena kanker paru-paru.. terutama anak-anak,” tulis potongan dari broadcast message yang berisi protes kepada SBY.

Selain menyinggung masalah kesehatan, dalam pesan protes tersebut juga terdapat sindiran kepada Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono.

“Titik api disekitar kami bukanlah simbol kemarahan Allah, tapi simbol keserakahan dan bukti ketidakpedulian negara, bukti kepongahan Jakarta terhadap daerah. Bapak mau kesini sekarang? Bandara ditutup pak, lagipun tak ada anak sekolah yang menyambut bapak, sekolah diliburkan. Mau menempuh jalan darat? bahaya pak, asap tebal tidak bagus buat kesehatan bapak dan ibu Ani, lagian juga tidak bagus untuk objek foto instagram”.

Protes yang terus mengalir ini menjadi potret kondisi masyarakat Riau yang tidak mampu berbuat banyak menghadapi kepungan asap yang diakibatkan oleh keserakahan,bukan api tapi keserakahanlah yang membuat api di Riau berkobar.

Sejauh ini pemerintah memang belum menunjukkan tindakan tegas terhadap para pembakar, memang sudah ada beberapa pihak yang ditetapkan menjadi tersangka, akan tetapi mereka hanyalah pelaksana alias warga setempat bukan pihak yang menjadi otak pembakaran.

Banyak pihak menduga perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang berasal dari Malaysia menjadi ‘biang kerok’  dari bencana kabut asap ini. Mereka membuka lahan untuk dijadikan perkebunan sawit dengan cara membakarnya. Tidak hanya lahan warga, hutan cagar alampun menjadi sasaran.

Tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah sunguh sangat disayangkan, tidak ada nota protes yang dilayangkan untuk pemerintah Malaysia agar menegur perusahaan kepala sawit asal negeri jiran. Padahal efek kabut asap juga berdampak hingga kenegara mereka.

Ketidaktahuan masyarakat akan bahaya dan dampak negative yang ditimbulkan dari pembakaran lahan juga menjadi faktor yang sebabkan kabut asap. Namun jika diteliti lagi mereka hanya tidak mempunyai pilihan karena jeratan ekonomi yang mereka alami sehingga mereka menerima rayuan para taipan perkebunan sawit untuk menjual dan membuka lahan mereka dengan cara dibakar.

Pada intinya sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menyalahkan, langkah yang benar-nenar konkrit dan serius  harus benar-benar ditunjukkan pemerintah pusat.

Editor: Rio Indrawan