Presiden Lepas Bantuan untuk Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Credit by: setkab.go.id

Jakarta, PINews.com  - Presiden Joko Widodo pada Rabu melepas bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Rohingya yang berada di perbatasan Bangladesh dengan Myanmar.

Dengan mengucap Bismillaahirrahmaannirrahiim, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, Presiden melepas pemberangkatan bantuan kemanusiaan tahap pertama Indonesia untuk pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh-Myanmar.

"Hari ini akan diberangkatkan empat pesawat Hercules yang di dalamnya ada beras, bantuan makanan siap saji, family kit, tenda pengungsi, tangki air, pakaian anak serta selimut, karena barang-barang inilah yang sangat diperlukan," katanya.

"Ini adalah pemberangkatan yang pertama dan InsyaAllah minggu depan akan diberangkatkan lagi yang kedua, yang ketiga dan seterusnya," kata Presiden. "Kenapa kita memakai pesawat, karena dari pengalaman yang lalu pakai kontainer memakan waktu yang lama. Padahal bantuan ini sangat-sangat dibutuhkan secepatnya."

Dia mengatakan pengiriman bantuan itu dapat dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dengan Pemerintah Myanmar dan Bangladesh.

Presiden berterima kasih kepada pemerintah Banglasdesh dan Myanmar yang telah memberikan akses untuk pengiriman bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya.

"Kita harapkan nantinya bantuan ini akan sampai mendekati lokasi yang diinginkan kurang lebih 170 kilometer dari bandara yang ada, kemudian baru diangkut oleh truk menuju ke lokasi pengungsi yang berada di perbatasan Bangladesh dan Myanmar," katanya.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada warga, ormas, pengusaha, dan pemerintah daerah yang memberikan bantuan untuk warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kejahatan di tempat mereka tinggal di Rakhine State, Myanmar.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bantuan tahap pertama beratnya 34 ton, berupa 20 ton berupa beras saja dan sisanya gula dan bahan pangan lainnya. Pemerintah, lanjut Menlu, siap menampung dan menyalurkan bantuan kemanusiaan yang juga dikumpulkan oleh berbagai pihak. Karena itu, Menlu berharap ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pemerintah daerah dan lain-lain dalam penyaluran bantuan kemanusiaan itu.

“Artinya, kita keluar dengan satu nama Indonesia,” kata Menlu kepada wartawan usai mendampingi Presiden Jokowi melepas keberangkatan 4 (empat) pesawat Hercules yang membawa bantuan kemanusiaan dari Pemerintah RI, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (13/9) pagi.

Mengenai bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Myanmar, Menlu  mengemukakan pemerintah saat ini sedang menunggu list barang-barang yang paling diperlukan. Ia menyebutkan, sudah melakukan komunikasi dua kali dengan pemerintahan Myanmar mengenai masalah list yang diperlukan. Begitu kita list diterima maka pemerintah akan segera mengirimkan bantuan.  “Kita bisa perkirakan barang-barang yang paling diperlukan, dan sambil jalan sekali lagi kita persiapkan juga yang untuk Myanmar,” sambung Retno.

Berdasarkan komunikasinya, Menlu menegaskan bahwa Pemerintah Myanmar sudah membuka akses untuk menerima bantuan kemanusiaan bagi korban konflik di Rakhine State. Saat dirinya menelepon, menurut Menlu, Presiden Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross) mengaku sudah ada kesepakatan dengan pemerintahan Myanmar.

“Yang kita tunggu adalah list karena sekali lagi, kita akan memberikan bantuan kontribusi hal-hal yang mereka perlukan. Akan sayang kalau kita memberikan sesuatu, yang tidak sesuai dengan apa yang diperlukan oleh mereka,” terang Menlu.

Menurut Retno, saat ini jumlah pengungsi korban konflik di Rakhine State diperkirakan mencapai lebih dari 500 ribu orang. Ia meyakinkan, Indonesia akan berkontribusi semaksimal yang dapat dilakukan dalam meringankan beban para pengungsi itu.

Terkait penyaluran bantuan, kata Retno. tentunya pemerintah bekerja sama yang sangat dekat dengan pemerintah Myanmar, baik pemerintah pusatnya maupun pemerintah daerahnya, termasuk organisasi-organisasi kemanusiaan yang ada di lapangan.

Oleh karena itu, Menlu mengaku sudah menjalin kontak sejak lama dengan organisasi seperti UNHCR dan IOM. “Message kita tentunya sangat dipahami bahwa bantuan ini adalah untuk semua pengungsi yang berasal dari Rakhine State,” pungkas Menlu.

Editor: HAR