Arif Satria Usung Empat Skenario Univeritas untuk Mendukung Indonesia Maju

Penulis: Yurika - Waktu: Senin, 6 Juli 2020 - 11:31 AM
Credit by: setkab.go.id

Bogor, PINews.com – Arif Satria, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University, terpilih menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) 2020.  Dia dikukuhkan dalam Konferensi Virtual Forum Rektor Indonesia (FRI), Sabtu (4/7), yang dibuka Presiden Joko Widodo, di Istana Kepresidenan Bogor.

Arif Satria menggantikan Rektor Universitas Diponegoro Yos Johan Utama pada periode sebelumnya. Dia menyampaikan gagasan tentang “Inovasi 4.0 dan Techno-socio Entrepreunial University untuk Indonesia Maju”.  Dia memaparkan empat skenario bagi perguruan tinggi di masa depan. Skenario pertama, hal yang menentukan universitas masa depan adalah dengan fokus skill lulusan. “The ‘future skill university’ emphasize graduate’s skill development,” katanya, dalam rilis kepada media, Ahad (5/7).

Skenario kedua, perguruan tinggi masa depan harus memiliki jejaring universitas dengan institusi lintas bidang. Sementara yang skenario ketiga adalah pembelajaran lebih tinggi berkelanjutan yang menghasilkan pembelajar tangguh. Skenario keempat, universitas mandiri yang dapat menentukan kurikulumnya sendiri.

Dia menambahkan bahwa inovasi juga harus dikembangkan dengan mengacu pada keahlian yang dibutuhkan di masa depan. “Skill yang diperlukan bagi industri di masa depan yaitu leadership, partnership dan kolaborasi, inovatif dan kreatif,” paparnya.

Presiden Jokowi memberikan empat arahan saat membuka secara resmi acara konferensi tersebut. Pertama, Presiden mengajak FRI jangan hanya menjadi forum komunikasi, namun harus dikemas menjadi forum saling peduli, forum saling berbagi, yaitu yang mampu membantu yang tidak mampu dan yang punya membantu yang tidak punya.

“Berbagi pengalaman secara daring, berbagi kurikulum dan silabus, berbagi koleksi perpustakaan secara daring, berbagi dosen dan perkuliahan secara daring, untuk maju bersama, memajukan seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia,” tutur Presiden.

Kedua, Presiden mengajak para rektor dan FRI untuk memfasilitasi mahasiswa agar bisa belajar kepada siapa saja. Kepala Negara menegaskan agar mahasiswa tidak hanya belajar kepada dosen tetapi  juga pelaku industri, wirausahawan, praktisi pemerintahan, praktisi hukum, dan para pelaku lapangan lainnya. “Agar mahasiswa bisa menangkap perubahan yang dinamis, perubahan dunia yang dinamis, yang dipicu oleh disrupsi dan hiperkompetisi yang terjadi sekarang ini,” ujar Presiden.

Di era disrupsi dan hiperkompetisi sekarang, Presiden menjelaskan bahwa dunia berubah sangat cepat, banyak hal yang belum sempat dibukukan sudah berubah di lapangan. “Banyak karakter kerja yang tidak bisa ditangkap hanya melalui membaca tetapi harus melalui mengalami pengalaman nyata. Itulah pentingnya memerdekakan mahasiswa agar bisa belajar kepada siapa saja,” tuturnya.

Ketiga, Presiden mengajak perguruan tinggi lebih aktif bekerja sama dengan industri, termasuk kerja sama dengan kawasan industri terdekat. Jika ada kawasan industri terdekat, Presiden tegaskan untuk mengajak segera bekerja sama, buka fakultas atau departemen atau program studi di kawasan industri yang karakter keilmuannya dekat dengan jenis industri di kawasan tersebut.

“Kerja sama dengan industri bukan hanya untuk memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa tetapi perguruan tinggi juga bisa bekerja sama untuk penelitian dan pengembangan teknologi, untuk research and development di dunia industri, dan sekaligus untuk pengembangan ilmu murni,” katanya.

Keempat, Presiden sampaikan pendidikan tinggi harus memberikan perhatian besar kepada kesehatan fisik dan mental, membangun karakter mahasiswa yang hati dan pikirannya merah putih untuk Indonesia, berakhlak mulia, bermental baja, serta memegang teguh Pancasila.

Suasana kampus, menurut Presiden, harus memperkokoh rasa kebangsaan, menghargai kebinekaan dalam persaudaraan dan persatuan, berintegritas tinggi dan antikorupsi, serta penuh toleransi dan menghargai demokrasi. “Bapak-Ibu adalah orang tua mereka yang bertanggung jawab terhadap masa depan mereka dan sekaligus masa depan Indonesia,” jelas Presiden.

Semua itu, menurut Presiden, harus dilakukan dengan cepat dan sangat segera. Ia mengajak untuk memanfaatkan puncak bonus demografi sekarang ini untuk mencetak generasi muda yang unggul dan membangun Indonesia maju. “Satu abad Republik Indonesia sudah dekat di 2045 nanti, tinggal 25 tahun lagi,” jelasnya.

Untuk itu, Presiden mengajak untuk mencetak sejarah dan membuktikan bahwa Indonesia tidak akan terjebak pada middle income trap.

Kepala Negara menegaskan kembali ajakan untuk membuktikan bahwa di tahun 2045 nanti Indonesia mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Editor: L Hermawan